Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Ngopi Sore Bareng Relawan TBM, Kopimu Aja yang Pahit..

Diperbarui: 30 September 2024   18:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: TBM Lentera Pustaka

Berkiprah di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) ibarat ngopi. Terkadang manisnya pas, tapi suatu kali pahitnya yang kelewatan. Takaran kopi atau adukannya bisa nggak pas. Jadi, manis pahit itu biasa. Nggak usah dihindari, nanti juga terbiasa.

Begitu pula jadi relawan TBM. Ada pasang surutnya, kadang komit kadang malas. Kadang semangat kadang lelah, nggak apa-apa. Itu sangat lumrah. Apalagi jadi relawan TBM kan sifatnya sosial, bisa jaga komitmen saja sudah luar biasa. Karena nggak sedikit relawan TBM yang sudah kehilangan komitmen dalam perjalanannya. Entah apa sebabnya?

Kembali ke kopi, bila sudah jadi candu. Percayalah, seteguk kopi itu menghangatkan. Memberi nikmat yang luar biasa. Apalagi ditambah suasana yang beda, wow pasti ngopi bisa membangunkan inspirasi. Kopi mantap nan luar biasa katanya. Nah, begitu pula jadi relawan TBM. Siapapun bila sudah biasa berkiprah di TBM, pasti bakal candu. Karena selain mengabdi untuk anak-anak dan masyarakat, TBM juga jadi ladang amal. Kehadiran kita di TBM itu bernilai ibadah, nggak bisa diukur dengan uang. Bisa mengisi waktu untuk aktivitas yang bermanfaat dan bernilai ibadah. Keren kan, karena nggak banyak orang yang bisa mengabdi secara nyata di TBM.

Ngopi juga begitu. Kan ada manis ada pahit. Nggak mungkin ngopi manisnya doang. Kalau mau manis ya minum sirup saja. Makanya mengabdi di TBM butuh konsistensi. Jadi relawan di TBM itu gaya hidup, bukan cuma sekadar isi waktu kosong. Tapi niat untuk berbuat baik dan menebar manfaat di taman bacaan. Wajar, kadang lelah kadang bosan. Tapi bila ingat, anak-anak dan masyarakat yang menjadi pengguna layanan TBM, pasti jadi semangat lagi. Membantu orang lain di TBM itu ibarat "melihat surga" di depan mata, percaya nggak?

Mungkin relawan TBM harus tahu. Terlepas dari manis atau pahit, penikmat kopi itu justru terbiasa menakar hidup. Bahwa ada manis ada pahit. Semuanya harus "diramu" dengan baik. Dari mulai masak air, menakar kopi + gula lalu diaduk. Jadilah hidangan kopi yang luar biasa.

Begitu pula jadi relawan TBM, pada akhirnya terbiasa hidup realistis, mampu menakar hidup. Mana yang baik mana yang nggak baik. Suka duka selalu ada di taman bacaan. Semuanya lumrah, tinggal gimana kita menyikapinya saja. Yang jelas, relawan TBM itu orang-orang mulia. Karena bersedia mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga untuk berkiprah di taman bacaan. Demi tegaknya perilaku membaca dan budaya literasi anak-anak dan masyarakat yang membutuhkan. 

Sekarang ini, banyak tempat enak untuk bergaul. Tapi belum tentu bernilai ibadah. Tapi siapapun yang bergaul dan berkiprah di taman bacaan, insya Allah bernilai ibadah. Jadi lebih sehat dan berkah dalam hidup. Lebih tenang karena terbiasa mengabdi di taman bacaan. Begitulah obrolan ngopi sore Pendiri TBM Lentera Pustaka bersama para relawannya. Kopimu boleh pahit tapi YBM jangan ... Salam literasi #RelawanTBM #TBMLenteraPustaka 

Sumber: TBM Lentera Pustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline