Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Makna Umroh Kedua, Menjaga Lisan Membersihkan Hati hingga Botakin Kepala

Diperbarui: 20 April 2024   22:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pribadi

Sahabat Abu Dzar radhiallahu 'anhu berkata: 'Aku bertanya kepada Rasulullah SAW: amal apakah yang paling utama?". Beliau menjawab: "Iman kepada Allah dan jihad di jalan-Nya".

Aku pun bertanya lagi bertanya lagi: "Bagaimana kalau aku juga belum mampu ?". Rasulullah SAW pun menjawab: "Kamu hindarkan manusia dari keburukanmu; karena yang demikian merupakan sedekah yang kamu sedekahkan untuk dirimu sendiri ". (HR. Bukhari & Muslim).

Begitulah spirit Rombongan Jamaah Umroh Syawal kloter 189 Alhijaz saat melakukan umroh kedua atau badal di Masjidil Haram Mekkah. Setelah miqot di Masjid Aisha, rombongan berlanjut melakukan thawaf dan sai di cuaca 38 derajat Celcius, termasuk sholat Ashar saat Sai. Dipimpin muthowif Muhammad, jamaah umroh sangat khusyuk menjalani umroh kedua atau badal. Saya sendiri meniatkan umroh untuk alm ibu saya,  Taty Raenawaty binti Raenan dan anak saya Farah membaca umroh untuk kakeknya Alm. Lotang Yunus bin Koto. 

Selain untuk mensucikan diri, hikmah penting dari umroh kedua ini adalah gas terus amal baik, sepulang umroh nantinya. Kesalehan yang tidak cukup hanya spiritual-ritual tapi juga membangun kesalehan sosial.  Untuk bertekad menjadi orang terbaik dalam kebajikan dan kebaikan. Minimal tidak menyusahkan orang lain. Karena itu, jamaah laki-laki pun langsung "membotaki" rambutnya. Sebagai komitmen dan tekad menjadiwbih baik lagi sepulang umroh, insya Allah.

Dan akhirnya, harus tertanam dalam hati sanubari sepulang umroh.  Bila belum bisa membantu orang lain, minimal jangan menzaliminya. Karena itu, kita harus mampu menahan lisan, menjaga tangan, dan selalu memrsihkan hari dari sikap dan perilaku buruk. Salam literasi #UmrohSyawal #TanahSuci #TBMLenteraPustaka

Sumber: Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline