Sebagian orang, mungkin menyangka anak-anak tidak perlu ke taman bacaan. Sebagian yang lain tetap apriori terhadap aktivitas di taman bacaan. Sama seperti orang yang berpikir, bahwa kerja mau seperti apa pun tetap saja rezekinya cuma segitu-gitu saja. Sah-sah saja sih. Asal jangan berpikir, mau puasa atau tidak puasa yah sama saja. Lupa ya, kita manusia itu disuruh ikhtiar. Jangan pesimis, apalagi berpikir negatif soal apapun.
Anak-anak yang ada di taman bacaan pun begitu. Mereka hanya ikhtiar untuk membaca buku. Mumpung ada tempatnya, ada waktu untuk melangkahkan kaki ke taman bacaan. Apalahi selama di bulan puasa, ada "ngabubu-read". Sambil membaca buku umum, sekaligus tadarusan hingga khataman Al Quran setiap Sabtu. Daripada nongkrong tidak jelas atau diam di rumah ya pastinya mendingan ke taman bacaan. Begitulah yang terjadi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Itu fakta dan realitas. Beda dengan orang yang Cuma omong, susah dibuktikan omongannya sendiri.
Ada yang berpikir negatif, ada pula yang positif. Ada yang pesimis tapia da yang optimis. Jadi itu semua pilihan setiap orang, mau berpikir seperti apa? Mau bertindak kayak apa? Selalu saja ada pro dan kontra, itu sudah biasa. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Jangan urusan membaca buku atau taman bacaan, apapun selalu memberi kemungkinan untuk disikapi, Bisa negatif, bisa positif. Tergantung otaknya, tergantung orangnya.
Literasi itu berarti memahami realitas. Bukan hanya soal membaca dan menulis. Karena di dunia ini, sesungguhnya tidak ada orang yang baik-baik saja. Semuanya pasti punya masalah, punya ujiannya masing-masing. Jadi untuk yang sudah berbuat baik dan menebar manfaat, tetap semangat saja. Jangan mudah menyerah karena sebentar lagi hasil indah akan dipanen.
Bulan puasa itu bulan introspeksi diri, muhasabah diri. Untuk selalu memperbaiki diri dalam segala hal. Mengakui kekurangan dan merawat kelebian yang dimiliki. Bila ada orang yang terlihat kuat menahan lapar dan haus, itu semata0mata karena patuhnya kepada perintah-Nya. Bila ada orang yang terlihat kuat di hadapan kita, bisa saja dia selalu menangis di hadapan Allah SWT karena sebetulnya dia tidak setenang dan sekuat itu, Hanya saja, dia sedang belajar mengendalikan perasaanya.
Jadi, selagi masih mampu berbuat baik dan menbera manfaat di manapun. Tidak ada alasan untuk berjeluh-kesah. Tetap semangat menyebarkan kebaikan, posting hal-ahal yang positif dan menjadi nasihat. Karena bisa Jadi, taat-Nya seseorang dan berhentinya mereka bermaksiat sebab dari perbuatan baik yang kita tebarkan. "Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya" (HR. Muslim no. 1893).
Sekali lagi, teruslah berbuat baik dan menebar manfaat. Tidak usah gubris orang-orang yang berpikir negatif dan bersikap pesimis. Tugas kita hanya ikhtiar yang baik, selebihnya biarkan Allah SWT yang menentukan hasilnya. Salam literasi #NgabubuRead #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H