Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Literasi, Jangan Lagi Mahir dalam Teori Keliru dengan Praktik

Diperbarui: 6 Maret 2024   09:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: TBM Lentera Pustaka

Banyak orang sekarang pandai bicara. Bahkan tidak sedikit yang terlalu banyak bicara. Omong ini omong itu. Topiknya bisa lompat-lompat. Ngomongin pilpres, negara, pendidikan, korupsi, hingga agama. Segala rupa diomongin. Ternyata, hanya mahir dalam teori.

Terlalu gampang percaya pada pikirannya sendiri.  Terpengaruh otak, sehingga terlibat pada percakapan yang tidak bermakna atau tidak produktif. Teorinya banyak tapi praktiknya kosong. Senang sebatas niat baik tanpa aksi nyata. Akibat terlalu banyak teori, akhirnya keliru dengan praktik. 

Lahiriah manusia, sering kali tidak seindah batinnya. Ucapan suara yang merdu tidak jarang menjauhkan diri dari lakonnya. Teori-teori yang bergelimpangan di meja seminar. Justru sering kali menjauhkan diri dari praktik-praktik baik yang seharusnya segera dieksekusi. Sering kali kita, mahir dalam teori tapi keliru dengan praktik. Mau sampai kapan?

Entah kenapa, rasionalisme kini berubah menjadi ambisi. Logika mengakar sebagai kepercayaan. Obsesi dan mimpi menyetubuhi raga yang arogan. Hingga lupa esensi, bahwa manusia hanya disuruh ikhtiar. Disuruh melakukan apa yang diomongkan. Mengubah niat baik jadi aksi nyata. Bertumpu pada perbuatan bukan pelajaran. Agar tidak lagi mahir dalam teori tapi keliru dengan praktik. 

Kita, saya, dan Anda. Bisa jadi hari ini, sudah terlalu jauh memilih jalan untuk "menuhankan pikiran tanpa campur tangan kebatinan". Percaya pada logika tanpa ada kemanusiaan. Mengumpulkan jasmani, mengosongkan rohani. Mengumpulkan akal tapi mengabaikan nurani. Hingga berujung mahir dalam teori, keliru dengan praktik.

Apalah namanya, literasi atau membaca. Sama sekali tidak ampuh bila didekati dengan teori. Tidak lagi berdaya bila disajikan sebatas narasi dan diskusi. Bahkan literasi selalu mati suri bila dibarengi dengan obsesi. Hanya praktik, praktik, dan praktik yang bisa menyelamatkan literasi. Selalu membumi dan tetap fokus pada esensi bukan seremoni. Literasi hanya bisa bertahan bila tetap dieksekusi. Literasi yang substansi, tidak lagi teori. Spirit itulah yang hingga kini dijunjung tinggi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Praktik literasi, bukan lagi teori.

Pergilah dari teori ke praktik. Perbanyaklah perbuatan daripada pelajaran. Karena teori hanya mampu mengurai realita sepertinya terlihat ideal. Tapi hanya praktik yang mampu menguji teori benar atau tidak di lapangan. Maka juahi mahir dalam teori, keliru dengan praktik. Jadilah literat. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline