Mungkin hari ini, makin banyak di antara kita yang tidak lagi mau berserah diri kepada-Nya. Terlalu memaksakan kehendak, lalu segala yang dipikirkan harus terjadi. Seolah semuanya tergantung kita. Tidak lagi tergantung kepada sang pencipta. Kita lupa bertanya, siapa sih kita di muka bumi ini?
Tiap hari mengeluh, dapat cobaan gelisah. Harga beras naik bingung, musim hujan nestapa. Tapi main gawai, nonton TV senang banget. Banyak waktu terbuang percuma. Tapi sampai detik ini, masih belum disadari. Asal susah sedikit berkeluh-kesah. Giliran senang lupa dan lalai kepada-Nya.
Manusia sering lupa. Takdir itu kadang mempertemukan seseorang dengan sesuatu yang tidak dia undang. Dia tidak pernah berharap tapi terjadi. Takdir pula yang mengajarkan, tidak semua yang direncanakan bisa terjadi. Karena bukan kuasa manusia. Tapi yang semua proses dan realita harus dijalani, apapun alasannya.
Berserah diri atau tawakal kepada Allah SWT, itulah karakter penting hari ini. Selalu memperbaiki niat, membaguskan ikhtiar, dan banyak berdoa. Selebihnya biarkan Allah yang menentukan. Berserah diri, wujudnya ditandai rasa ikhlas, sabar, dan bersyukur dengan apa yang terjadi. Di balik berserah diri, kita juga menerima hasil dan akibat segala perbuatan kita yang lalu. Karena apa yang terjadi hari ini pasti buah dari hari kemarin. Begitu pula yang terjadi esok, pasti atas apa yang dilakukan hari ini.
Sekali lagi berserah diri. Tetap sabar dalam segala keadaan. Bertawakal kepada-Nya. Hadapi setiap ujian dan cobaan. Tetap ikhtiar yang baik dan sekeras mungkin. Karena sepotong batu bara yang indah dan mahal hanya tercipta dari iklim yang buruk ribuan tahun dan di bawah tekanan. Tidak akan ada mutiara bila kerang tidak menahan rasa sakit saat terselip butir pasir. Tidak terbentuk pedang yang tajam andaikan kurang keras tempaannya di tungku panas. Sungguh, kesempurnaan sayap kupu-kupu hanya terjadi dari susahnya ia merobek celah kepompong.
Apapun, jangan terlampau silau dengan hasil. Apalagi yang dimiliki orang lain. Jalani prosesnya, nikmati hasilnya, dan syukuri yang ada. Hidup tidak ada yang instan, semuanya ada prosesnya. Jangan ambil gak orang lain bila tidak mau sengsara. Kerjakan yang baik dan sebarkan manfaat di manapun. Sabar dan berserah diri dalam segala keadaan. Spirit itulah yang jadi pegangan pegiat literasi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Tetap istikomah dalam kebaikan, tetap sabar atas ujian. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan jika Allah mencintai suatu kaum Dia akan menguji mereka, siapa yang ridho maka baginya keridhaan (Allah) dan siapa yang murka maka baginya kemurkaan (Allah)." Sekali lagi, cukup berserah diri. Tetaplah istikomah dalam melangkah, pasrah kepada-Nya hingga berbuah berkah dan hidup lebih terarah.
Karena tugas kita adalah ikhtiar baik yang tulus, selebihnya biarkan Allah yang urus. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H