Saat kuliah perdana "Menulis Kreatif" hari ini (2/3/2024) di semester X 6A PBSI FBS Unindra, mahasiswa bertanya. Apa itu menulis kreatif? Saya menjawab, menulis kreatif bukan hanya proses menulis berbasis daya cipta dan imajinasi. Tapi menulis keratif adalah proses untuk membangun kemauan menulis. Menulis untuk berkarya. Menulis kreatif tidak cukup hanya dipahami menulis untuk sastra seperti puisi, cerpen, novel, dan sebagainya. Tapi lebih dari itu, menulis kreatif adalah kompetensi. Seseorang yang kompeten atau mampu menuangkan ide dan gagassan secara tertulis dengan baik dan menarik.
Setidaknya ada 6 (enam) kompetensi mendasar yang patut dipahami dalam menulis kreatif yaitu: 1) pengetahuan, 2) sikap, 3) proses, 4) keterampilan, 5) hasil, dan 6) profesi. Karenanya, menulis harus jadi kompetensi. Sebuah sikap mental dan cara berpikir yang direfleksikan dalam kebiasaan dan tindakan. Maka jelas, menulis kreatif adalah perbuatan bukan pelajaran. Menulis kreatif, tentu berbeda dengan menulis ilmiah. Berbeda pula dengan menulis untuk jurnalistik, menulis untuk keperluan akademik atau bisnis.
Menulis kreatif dapat disebut menulis dengan cara beda. Cara "beda" inilah yang menjadi kekuatan utama menulis kreatif. Setidaknya ada 4 (empat) ciri pembeda karya menulis kreatif, yaitu 1) pikirannya yang beda dalam menghasilkan karya, 2) perilakunya yang beda di saat menulis, 3) batinnya yang beda jadi latyar bekakang lahirnya sebuah tulisan, dan 4) karya dari menulis kreatif yang memang beda dari lainnya. Sebagai proses, menulis kreatif harus mampu menuangkan ide dan gagasan yang bertumpu pada pengembangan daya cipta dan ekspresi pribadi melalui cara yang tidak biasa. Sehingga mampu menghasilkan karya cipta yang berbeda, yang tidak hanya baik tetapi juga menarik. Karena itu, menulis kreatif dapat disebut sebagai "kehebatan dalam menuangkan ide dan gagasan".
Tulislah "sepi mencair di pelaminan yang membusuk". Itu contoh menulis kreatif untuk menyatakan kesendirian atau kehampaan dari cinta. Bukan menulis "aku sepi sendiri" atau "cinta adalah omong kosong". Siapapun yang mau berkecimpung dalam menulis kreatif harus memperhatikan tiga sifat tulisan kreatif, yaitu: 1) imajinatif, tulisan yang menekankan pada daya khayal penulis, 2) ekspresif, tulisan yang menekankan pada ekspresi penulis, dan 3) apresiatif, tulisan yang menekankan pada kesengajaan penulis dalam menyenangi dan menikmati ide ceritanya.
Begitulah singkat cerita materi kuliah menulis kreatif yang saya sajikan di hadapan mahasiswa semester 6 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FBS Unindra. Jadi, menulis kreatif memang bukan hanya teori. Tapi harus diimbangi dengan praktik menulis dengan cara yang beda. Menulis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki untuk melahirkan karya yang berbeda. Karena sejatinya, menulis kreatif bukanlah pelajaran tapi perbuatan. Salam #MenulisKreatif #AyoMenulis #KompetensiMenulisKreatif
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H