Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Ramai Pilpres vs Ramai Taman Bacaan

Diperbarui: 14 Januari 2024   22:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: TBM Lentera Pustaka

Memang lagi musimnya ramai. Ramai pilpres, ramai debat capres. Bahkan ramai ngomongin orang di sana-sini. Ramai di grup WA. Ramai tapi untuk hal-hal yang nggak bermanfaat. Jadi, untuk apa ramai? 

Berbeda dengan ramai di taman bacaan. Ramai yang langka, karena terlihat pemandangan anak-anak yang membaca buku di era digital. Seperti yang terjadi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Tiap jam baca, 6 hari dalam seminggu selalu ramai. Apalagi di hari Minggu, selalu ramai. Adaa anak-anak usia sekolah, ada ibu-ibu yang mengantar anaknya, ada pedagang kampung, ada relawan, dan motor-motor parkir. Taman bacaan ramai itu barang langka. Ramai untuk berbuat baik dan menebar manfaat, sekalipun hanya membaca buku. 

Ramainya TBM tentu berbeda dengan ramainya pilpres. Karena di taman bacaan, ramai hanya terjadi ketika ada komitmen dan konsistensi dalam berliterasi dan menggerakkan taman bacaan. Pengelola TBM, relawan, ibu-ibu dan yang terpenting anak-anaknya harus bergotong-royong dan berjuang bersama untuk selalu dekat dengan buku.

Literasi memang penting. Membaca buku pun pasti penting. Tapi sayang, di negeri ini, masih banyak orang yang "menutup mata" akan pentingnya membaca buku. Budaya literasi di masyarakat hanya sekadar diskusi, belum nyata. Maka benar, meramaikan TBM itu memang membutuhkan lebih banyak keberanian bertindak daripada hanya sekadar berucap.

Jelang pilpres begini, tidak sedikit orang ramai membicarakan idolanya. Hingga bertengkar hanya soal kekuasaan dan menjagokan kandidatnya. Ramai politik, sekalipun belum tentu ada manfaatnya. Ramai saling menjatuhkan, ramai saling sindir. Ramai tapi tidak literat. 

 

Maka di taman bacaan, saya selalu belajar. Bahwa ramai itu menjadi tanda adanya peradaban literat di tengah masyarakat. Karena tetap mau "membumikan" buku bacaan ke anak-anak. Apapun tantangan dan kendalanya. Jadi, ramai tidak selamanya bermanfaat. Karena ada ramai yang semu, ada ramai yang bermanfaat.  Tinggal kita, mau pilih ramai yang mana? Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Sumber: TBM Lentera Pustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline