Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Betapa Ruginya Orang Punya Waktu 24 Jam Sehari tapi...

Diperbarui: 27 November 2023   15:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: TBM Lentera Pustaka

Betapa ruginya orang-orang yang punya waktu 24 jam sehari, 7 hari seminggu, atau 12 bulan setahun. Tapi dalam catatannya tidak ada nilai kebaikan yang digoreskan. Doanya meminta umur panjang tapi digunakan untuk apa? Betapa rugi, betapa menyesal nantinya. Karena telah menyia-nyiakan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.

Sebuah ungkapan menyebut, "Kasihanilah orang yang modal pokoknya selalu mencair".

Itu hanya perumpamaan. Seperti kisah "pedagang es batu". Es batu adalah modal usia yang diberikan Allah SWT. Betapa banyaknya waktu yang dilalui, hari-hari yang dijalani. Tapu usia terus saja meleleh dan menguap, hingga habis tidak tersisa. Dan kita kita gagal menemukan "pembeli" terbaik dengan "harga terbaik".

Jika "pembeli terbaik" itu hanya Allah SWT, dan "harga terbaik" itu adalah surga yang dijanjikan-Nya. Maka betapa ruginya perdagangan kita, yang selalu menerima tawaran setan untuk melewati waktu dan usia dalam kelalaian. Enggan berdagang yang baik, enggan menjual yang bermanfaat.Usia dan waktu yang terlewatkan begitu saja. Tanpa mau bersikap untuk berbuat baik secara nyata dan menebar manfaat di mana pun kita berada.

Es batu adalah air yang membeku, sementara setiap satu tetesan airnya tidak akan pernah kembali lagi. Begitu pula modal pokok usia kita di dunia. Bahwa setiap detik usia yang telah berlalu dari usia kita tidak akan pernah kembali lagi. Waktu yang tidak mungkin diputar ulang, usia muda yang tidak akan bisa dipanggil kembali bila sudah melewatinya.

Maka sebelum meleleh modal pokok usia kita. Sebelum ajal datang menjelang, maka jangan sia-siakan kesempatan hidup yang tersisa. Jangan abaikan waktu yang masih dimiliki. Untuk selalu meningkatkan iman dan takwa kepada-Nya. Sambil tetap beramal soleh, berbuat baik, menebar manfaat, hingga saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

Karena jika tidak, bukan tidak mungkin kita termasuk orang-orang yang pantas dikasihani. Karena gagal meraih "pembeli terbaik" dengan "harga terbaik". Gagal memanfaatkan waktu dan usia untuk kebaikan. Sungguh, betapa kasihannya orang yang dagangannya terus meleleh. Seperti es batu yang mencair tanpa manfaat sedikitpun.

Maka mumpung masih ada waktu, masih punya usia yang tersisa. Segerlah berbuat baik, kapan pun dan di mana pun. Atas spirit itulah, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor terus berkiprah. Hanya untuk menegakkan kegemaran membaca anak-anak usia sekolah, di samping menekan angkat putus sekolah yang masih tinggi. Taman bacaan sebagai ladang amal untuk semua orang. Agar berani menebar manfaat kepada sesama, sebagai bekal untuk menunju-Nya. Taman bacaan yang melayani "pembeli terbaik" untuk mendapatkan "harga terbaik" di akhirat kelak.

Segeralah berbuat baik. Karena betapa ruginya orang-orang yang punya waktu 24 jam sehari, 7 hari seminggu, atau 12 bulan setahun. Tapi dalam catatannya tidak ada nilai kebaikan yang digoreskan. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline