Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Anak Itu Tidak Belajar dari Nasihat tapi Perilaku, Kok Bisa?

Diperbarui: 30 Oktober 2023   20:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: TBM Lentera Pustaka

Setiap orang tua pastinya ingin agar kehidupan anak-anaknya lebih baik. Lebih baik dari orang tuanya. Agar anaknya tumbuh menjadi pribadi yang positif dan bermanfaat. Syukur-syukur bila jadi anak yang berhasil untuk masa depannya, hingga mampu mengangkat derajat keluarganya. Betul nggak Bapak Ibu?

 

Tapi sayangnya, banyak orang tua belum paham. Bahwa baik tidaknya anak, tidak ditentukan dari nasihat orang tuanya. Tapi dari perilaku apa yang dicontohkan orang tua. Seorang anak tidak belajar dari nasihat tapi dari perilaku orang tuanya. Pelajaran yang baik itu bukan dari omongan tapi dari Tindakan. Apalagi anak, pasti akan mengikuti contoh dan perilaku orang tuanya. Orang tuanya tidak sholat ya anaknya pun tidak sholat. Bapaknya tidak membaca buku maka anaknya pun tidak suka membaca. Ibunya donyannya ngobrol dan ngelayap, maka anaknya pun senang ngobrol dan ngelayap. Bila itu yang terjadi, apa mau menyalahkan pendidikan dan sekolah?

 

Anak-anak, di mana pun, pasti punya cara tersendiri untuk belajar, untuk menjadi lebih baik. Bisa dari orang tua dengan perilakunya, bisa juga dari lingkungan sosialnya. Tapi yang pasti, seorang anak tidak belajar dari nasihat orang tuanya. Tapi dari perilaku dan contoh yang dilakukan orang tuanya. Karena itu, pendidikan untuk anak yang paling sederhana adalah 1) berikan contoh perilaku yang baik kepada anak, 2) mulailah dari perilaku sederhana yang dibiasakan seperti membaca buku, sholat, dan bicara yang baik tanpa melotot, 3) mengerjakan sesuatu yang menyenangkan anak sambil melatih kebiasaaan baik, dan 4) ajak anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan yang baik seperti taman bacaan atau madrasah.

 

Semua orang tua pasti paham. Selain keluarga, lingkungan sosial ikut berperan besar damam membentuk kebiasaaan baik anak-anak. Seperti datang datang dan membaca buku di taman bacaan, mengaji, atau belajar bersama teman. Agar anak-anak terhindar dari pengaruh lingkungan yang negatif, seperti nongkrong, menonton TV, dan bermain gawai. Maka lingkungan sosial yang positif harus diciptakan untuk anak-anak.

Atas dasar menjadi bagian pendidikan anak dan menciptakan lingkungan anak yang positif itulah Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka didirikan. Agar anak-anak terbiasa membaca buku, di samping terbiasa berada di lingkungan yang baik. Sehingga terbentuk karakter dan mentalitas anak yang positif dan mampu ber-adaptasi dengan masa depan. Apalagi bagi orang tua yang kurang memberi perhatian terhadap pendidikan anak, maka taman bacaan adalah pilihan yang tepat. Tapi sayang, tidak banyak orang tua yang bersedia dan mau menyuruh anaknya rajin membaca buku. Itulah persoalan sosial yang dihadapi anak-anak di Indonesia. Terlalu terbuai dengan dinamika peradaban zaman dan bersikap cuke terhadap perilaku membaca anak-anak. Terus bila sudah terlanjur anaknya susah diatur susah dinasihati, mau apa lagi?

Maka sadarilah, seorang anak itu tidak belajar dari nasihat tapi dari perilaku orang tuanya. Bila kita tidak mampu, maka cari tempat dan sarana untuk menjadikan anak-anak kita lebih baik untuk masa depannya sendiri. Dan tidak kalah penting, anak-anak tidak usah diharapkan jadi orang sukses, tapi cukup jadi orang yang bermanfaat saja. Salam literasi! #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline