Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Anak-anak yang Membaca Buku hingga ke Pinggir Jalan

Diperbarui: 30 Oktober 2023   06:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalanan biasanya dipakai untuk nongkrong. Duduk santai di jalanan sambil memandangi orang lewat. Bahkan ada yang menjadikan jalanan sebagai tempat untuk mengintip laju orang lain. Tanpa pernah berbuat apapun. Beda halnya dengan anak-anak Taman Bacaan Masyarakat (TBM) lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Justru jalanan dijadikan sarana untuk membaca buku. Jalanan sebagai tempat membaca.

Karena sejatinya, membaca bisa di mana saja dan kapan saja. Membaca di jalanan sekaligus mensosialisasikan akan pentingnya anak-anak usia sekolah untuk lebih dekat dengan buku bacaan, bukan dekat dengan handphone. Membaca di pinggir jalan pun untuk melatih keberanian bersikap dan bertindak. Bila membaca perbuatan baik, kenapa tidak diberitahukan kepada orang lain? Membaca di pinggir jalan bukan sekadar peristiwa. Tapi telah menjadi gaya hidup anak-anak TBM Lentera Pustaka.

Membaca di pinggir jalan pun memberi pesan untuk anak-anak taman bacaan. Bahwa anak-anak yang membaca buku harus menghormati langkah yang dibuatnya sendiri. Untuk selalu dekat dengan buku, sekaligus melatih diri untuk berbicara secukupnya. Lebih baik membaca buku daripada banyak omong. Karena hari ini, di luar sana, banyak orang berlomba banyak bicara. Sehingga merasa paling tahu, paling benar sendiri. Punya hati tapi tidak hati-hati.

Saat membaca buku, siapapun bila sudah menemukan jalannya sendiri. Maka cukup dikerjakan sepenuh hati. Tidak perlu takut apalagi kecewa. Karena semuanya adalah anugerah dan karunia Tuhan untuk menunjukkan jalan kepada kita. Membaca di pinggir jalan, terkadang untuk menemukan yang dicari tidak harus melakukan perjalanan jauh. Tapi cukup menikmati yang ada dan dimiliki. Persisi seperti buku-buku yang menjadi koleksi taman bacaan.

Untuk diketahui, TBM Lentera Pustaka saat ini dikenal sebagai taman bacaan yang komprehensif di Indonesia. Taman bacaan yang telah beroperasi 6 tahun ini menjalankan 15 program literasi seperti: TABA (Taman Bacaan) dengan 100-an anak dari 4 desa, GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 40 anak usia prasekolah, YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 12 jompo usia lanjut, TBM Ramah Difabel dengan 2 anak difabel, Koperasi SImpan Pinjam dengan 28 kaum ibu agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, DonBuk (Donasi Buku), RABU (RAjin menaBUng), dan MOBAKE (MOtor BAca KEliling). Tidak kurang 200 orang setiap minggunya menjadi pengguna layanan TBM Lentera Pustaka yang didukung oleh 12 wali baca dan relawan.

Dan yang terpenting, membaca di pinggir jalan memberi pesan. Bahwa "jangan mau jadi katak dalam tempurung yang ketakutan dan tidak mau menunjukkan dirinya". Bila membaca itu baik, kenapa tidak di-ekspose? Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Sumber: TBM Lentera Pustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline