Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Zaman Aneh, Orang Salah Kok Dicemooh?

Diperbarui: 5 Oktober 2023   21:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pribadi

Hidup di era media sosial, lebih banyak anehnya dari[ada warasnnya. Ada orang berbuat salah kok malah diejek, dijadikan bahan candaan. Makin aneh lagi, ketika ada orang lain bahkan saudara kita berbuat dosa atau maksiat malah dijadikan bahan gibah atau perbincangan. Lupa untuk bertanya pada diri sendiri, apa kita lebih baik dari orang lain yang digibahi?

Jangan suka mencemooh orang yang berbuat dosa. Jangan menghina orang yang salah. Itu soal akhlak, soal adab. Apalagi meremehkan orang lain yang dianggap keliru. Lalu dengan sombong berkata, "Kamu kok bisa mengambil hak orang lain? Aku sih jelas tidak mungkin."

Saya atau kita, sungguh belum tentu lebih baik dari orang lain. Karena sejatinya, bisa jadi orang lain tidak tahu apa yang kita lakukan. Atau kita yang memang berhasil menutupi kebobrokan kita. Maka jangan mencemooh orang lain yang berbuat salah. Apalagi bisa jadi, orang lain yang berbuat dosa iotu sudah bertaubat. Sudah berhasil memperbaiki diri dan mengambil hikmah dari kesalahannya. Hati-hati, jangan memperolok-olok orang yang salah. Ketahuilah, "Siapa yang menjelek-jelekkan saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati kecuali mengamalkan dosa tersebut." (HR. Tirmidzi no. 2505).

Bantulah orang yang salah menjadi benar. Bantulah orang yang tidak baik jadi lebih baik. Bukan malah heboh menggunjingkannnya. Apalahi mencela dan terlalu banyak berkomentar dengan menerka-nerka saja. Menambah-nambah omongan yang tidak sepenuhnya benar. Hindari bersikap cemooh atas kesalahan orang lain. Lebih baik diam atau menasehati. Lalu berharap ada kebaikan sesudah kesalahannya.

Memberi solusi, bukan malah menggunjingkannya. Itulah prinsip yang diusung Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogro. Tanpa sengajar, ada kaum ibu buta huruf maka dibukan kelas belajar baca dan tulis. Ada anak yatim yang terancam putus sekolah, maka dibina dan disantuni setiap bulan. Ada kaum ibu yang terjebak rentenir, maka didirikan koperasi simpan pinjam. Bahkan ada kaum ibu yang tidak bis abaca Al Quran, maka dibuka kelas melek Al Quran. Termasuk anak-anak yang tadinya hanya main dan tidak punya tempat membaca buku, kini berduyun-duyun seminggu 3 kali membaca buku di taman bacaan. Jangan cemooh mereka tapi bantu mereka.

Sekarang ini banyak orang berdalih menasihati tapi menjelek-jelekkan. Merasa peduli tapi menggibahi kesalahan orang lain. Ada yang senang melihat orang susah, ada pula yang gembira bila orang lain bermasalah. Harus diingat, menasehati itu berarti ingin orang lain jadi baik. Sementara menjelek-jelekkan berarti ada kesombongan diri dan merasa diri lebih baik dari orang lain. Hati-hati, jangan mencemooh kesalahan orang lain. Tapi nasehatilah agar menjadi lebih baik.

Dan sadarilah. Bila orang lain salah, kita belum tentu benar. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline