Jangan anggap enteng donasi buku. Berarti sama artinya dengan jangan menganggap remeh membaca buku. Karena buku-buku yang dibaca dapat menyelamatkan masa depan anak-anak Indonesia di tengah gempuran era digital.
Jadi, bila sudah tidak sempat membaca buku maka donasi bukulah. Jangan anggap enteng donasi buku, persis seperti jangan anggap enteng mengendarai motor tanpa helm.
Mungkin, selama ini kita sering meremehkan pentingnya buku bacaan. Sehingga tidak mau atau belum sempat berdonasi buku ke taman bacaan. Sudah saatnya sekarang bergegas untuk donasi buku.
Satu dus, dua dus atau lebih dari itu mulailah untuk eksekusi donasi buku. Ke mana? Tentu, ke taman bacaan yang ada di dekat kita atau yang kita kenal. Donasi buku memang kesannya sederhana. Tapi dampaknya sangat besar khususnya untuk anak-anak yang rajin membaca di taman bacaan.
Seperti yang terjadi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Tiba-tiba kemarin (3/7/2023) kedatangan donatur buku dari Cibinong yang mendonasikan ratusan buku-bukunya untuk taman bacaan.
Bahkan seminggu sebelumnya TBM Lentera Pustaka pun mendapat kiriman 3 dus buku dari 3 donatur di Jakarta dan Bali. Sebagai bentuk kepedulian terhadap aktivitas taman bacaan dan gerakan literasi di kampung kecil. Totalnya, tidak kurang dari 500 donasi buku yang dihibahkan ke TBM Lentera Pustaka. Terbukti, donasi buku bisa jadi ladang amal untuk semua orang. Siapapun dan di mana pun.
Donasi buku, tentu tidak harus buku baru. Boleh kok buku-buku bekas, apalagi yang sudah tidak terbaca lagi. Daripada buku-buku di rumah atau di rak sudah tidak dibaca lagi ya lebih baik didonasikan ke taman bacaan. Agar dapat dibaca oleh anak-anak atau orang-orang yang gemar membaca di tamn bacaan.
Karena sejatinya, buku bekas adalah "buku baru" bagi siapapun yang belum membacanya. Maka, jangan anggap enteng donasi buku. Mulaillah untuk berdonasi buku.
Apa dampaknya dari donasi buku? Seperti pengalaman yang terjadi dan berkat donasi buku orang-orang baik, kini TBM Lentera Pustaka telah menjalankan 15 program literasi, seperti TAman BAcaan (TABA) dengan 100-an anak pembaca aktif yang berasal dari 3 desa (Sukaluyu, Sukajaya, Tamansari), GERakan BERantas BUta aksaRA (GEBEBURA) dengan 9 ibu warga belajar, KElas PRAsekolah (KEPRA) dengan 26 anak, TBM Ramah Difabel, YAtim BInaan (YABI) dengan 14 anak yatim, JOMpo BInaan (JOMBI) dengan 12 kaum jompo, Koperasi Lentera dengan 25 anggota, dan MOtor BAca KEliling (MOBAKE) atau motor pustaka yang giat keliling kampung menyediakan akses bacaan. Tidak kurang 200 orang setiap minggunya menjadi pengguna layanan TBM Lentera Pustaka. Sebagai wujud kiprah nyata dalam menegakkan kegemaran membaca dan budaya literasi masyarakat. Sekaligus untuk menekan angka putus sekolah dan pernikahan dini di kampung-kampung yang selama ini tidak punya akses bacaan. Semuanya bisa terjadi akibat adanya dukungan donatur buku ke taman bacaan.
Sekali lagi, jangan pernah anggap enteng donasi buku. Sudah saatnya donasi buku dijadikan ladang amal sekaligus berperan nyata dalam menegakka giat membaca anak-anak Indonesia di tengah gempuran era digital.