Semua orang pasti punya akal. Tapi sayangnya, banyak orang yang berpikir tanpa menggunakan akalnya. Padahal, akal itulah yang membedakan manusia dengan makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT lainnya. Maka sering kali Kyai di tempat pengajian menjelaskan bahwa "akal manusia penting karean menjadikan hati mampu memilih mana yang benar dan mana yang batil".
Dalam banyak literatur, orang yang berakal disebut ulul albab. Yaitu orang yang menggunakan akalnya untuk mencermati realitas, mengurai masalah. Akal sejatinya menjadi pengikat manusia agar tidak melakukan tindakan yang melanggar aturan atau perilaku memalukan. Akal yang mengajak pemiliknya untuk mentadabburi, mengobservasi, memikirkan, menghayati, dan mengintrospeksi sesuatu dalam kehidupannya.
Jadi, siapa orang yang berakal itu?
Jawabnya sederhana, Orang yang berakal adalah 1) orang yang mampu mencerna masalah yang ada untuk mencari solusi dengan bijak, 2) orang yang mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dan 3) orang yang berani mencegah dirinya dari perbuatan yang buruk untuk selalu berbuat baik. Menurut Ibnu Sirin, seorang ulama fikih ditegaskan, "Bahwa orang berakal bukanlah yang bisa membedakan antara baik dan buruk semata. Tapi, tatkala melihat kebaikan dia mengikutinya, dan bila melihat keburukan dia menghindarinya".
Maka tidak dinamakan orang yang berakal kecuali orang yang mengetahui kebaikan lalu mencarinya dan mengetahui keburukan lalu meninggalkannya. Sejatinya "amar ma'ruf nahi munkar' tidak hanya berhent pada perbuatan bauk. Tapi berani untuk mencegah perbuatan buruk. Sayangnya, banyak orang memahaminya sebatas berbuat baik. Tapi gagal meninggalkan atau mencegah berbuat mungkar, entah dari dirinya sendiri atau pada lingkungannya. Untuk menjauhkan setiap hal-hal negatif di tengah masyarakat.
Meningkatkan kapasitas akal itulah yang menjadi spirit Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Dengan menyediakan akses bacaan puluhan anak-anak kampung usia sekolah untuk bisa membaca. Demi tegaknya kegemaran membaca, di samping memotivasi akan pentingnya sekolah. Agar tidak ada anak yang putus sekolah. Selain memacu ilmu pengetahuan melalui buku bacaan, TBM Lentera Pustaka pun mengajarkan akhlak dan adab anak untuk menyeimbangkan akal dan hati. #BacaBukanMaen, sebagai motto taman bacaan yang selalu didengungkan di tengah gempuran era digital.
Menjunjung tinggi akal sehat namun tetap berpijak pada hati. Karena akal mampu memilah yang baik dan buruk. Tapi hati yang akan meneguhkan eksekusi dan perbuatan atas dasar kemanusiaan, kebaikan, kemanfaatan, dan kearifan. Akal yang memacu untuk tetap logis dan berpikir baik. Tapi hati yang menjaga akal dengan akhlak dan adab. Pada akhirnya, akal sering menciptakan hukum yang baik. Dan hati yang menyempurnakannya.
Hingga suatu saat nanti, akal yang memberitahu kita untuk melaljukan atau tidak melakukannya sesuatu. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #PegiatLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H