Saat ditanya, apakah ada taman bacaan hebat? Jawab saya tegas, tidak ada. Alasannya hanya dua. Satu, karena tidak ada teori paling benar di taman bacaan. Kedua, karena tidak perjuangan dan proses di taman bacaan yang selesai. Katika taman bacaan merasa selesai, maka di situlah taman bacaan "bangkrut" alias tidak dapat bertahan.
Lagi pula, apa ukuran hebat dan tidak hebatnya taman bacaan? Subjektif atau objektif. Maka di taman bacaan, yang ada adalah proses. Bagaimana taman bacaan berjuang untuk memberi manfaat kepada pengguna layanannya secara konsisten, dari waktu ke waktu. Taman bacaan yang tetap eksis karena kegiatan dan aktivitas yang berkelanjutan, sejak berdiri hingga sekarang. Bukan taman bacaan yang ramai saat ada event atau tamu doang.
Di mana pun, taman bacaan punya cara sendiri untuk bertahan. Punya strategi sendiri untuk berproses dan menebar manfaat kepada pengguna layanannya. Karena itu, tidak ada taman bacaan hebat. Yang ada taman bacaan yang dibesarkan oleh komitmen dan konsistensi dalam berproses. Berkegiatan literasi di taman bacaan. Tanpa label dan sebutan apapun. Itu saja sudah cukup.
Taman bacaan, sejatinya "dibesarkan" oleh kreativitas dan kolaborasi. Semakin kreatif maka semakin hidup. Semakin kolaborasi maka semakin eksis. Taman bacaan di mana pun tidak akan pernah bisa "survive" tanpa kolaborasi, tanpa sinergi dengan berbagai pihak di luar sana. Maka penting, taman bacaan selalu melayani dan berkolaborasi dengan para pihak yang peduli dan mau berbagi. Sambil tetap berproses kreatif saat berliterasi. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literais anak-anak serta masyarakat di tengah gempuran era digital.
Sayangnya, proses di taman bacaan sering diabaikan. Karena tidak ada taman bacaan yang instan. Tidak ada yang "sekedipan mata" lalu mengaku hebat. Taman bacaan pasti pasang-surut, pasti punya harapan dan hambatan. Semuanya harus dijalani secara nyata. Silih bergantinya peluang dan tantangan adalah realitas taman bacaan. Karena taman bacaan adalah jalan, bukan tujuan.
Ketika taman bacaan berproses. Maka tujuan besar meningkatkan kegemaran membaca adalah fokusnya. Giat membaca sebagai substansi bukan seremoni. Literasi yang esensi, bukan sekadar narasi. Karena itu, siapapun yang ada di taman bacaan tidak pernah ditakdirkan untuk disukai semua orang. Pasti ada yang membenci, dengan alasan-alasannya sendiri. Taman bacaan sukses itu karena proses. Bukan seperti orang gagal yang banyak protes.
Maka pesan pentingnya, taman bacaan harus terus bergerak dan berkreasi dalam membuat program-aktivitas yang menarik dan menyenangkan. Terserah mau dibilang hebat atau tidak hebat. Taman bacaan harus lebih istiqomah (konsisten) dan selalu qonaah (bersyukur dan tidak boleh cepat puas). Orang-orang taman bacaan hanya diminta untuk ikhtiar baik dan doa baik. Bukan banyak berpikir, banyak diskusi dan seminar hingga lupa bertindak nyata untuk taman bacaan.
Dan tidak kalah penting, taman bacaan sangat pantas jadi ladang amal semua orang. Sebagai tempat eksekusi amal jariah secara sosial. Untuk menebar manfaat dan kebaikan kepada sesama. Agar segala sesuatu yang ada di muka bumi ini menjadi tersingkap ke arah yang lebih baik. Karena baik itu harus diciptakan, bukan ditunggu.
Jadi, dunia literasi harus tahu. Tidak ada taman bacaan hebat di Indonesia. Yang ada, taman bacaan yang berproses secara berkelanjutan. Untuk membahas ini, silakan kunjungi www.tbmlenterapustaka.com. Salam literasi. #TamanBacaan #HikmahTamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H