Aku bukan apa-apa, aku bukan siapa-siapa. Maka, aku pun tidak punya apa-apa.
Manusia sering lupa. Bahwa ia bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Lalu kenapa sering merasa paling benar, merasa paling besar? Terlalu gampang menyalahkan orang lain, terlalu mudah merendahkan orang lain. Hanya karena harta, pangkat, jabatan atau status sosial. Aku ini sombong dan ketinggian padahal aku bukan apa-apa.
Aku itu memang siapa?
Sering merasa punya segalanya, padahal ada yang memberinya. Sering mengatur diri sendiri, padahal ada yang membimbingnya. Sering memerintah diri sendiri, padahal ada yang mendaulatnya. Sering berkehendak sendiri, padahal ada yang menundukkannya. Bahkan sering meralat hukum-hukum-Nya untuk kepentingan diri sendiri. Sungguh, aku ini bukan apa-apa. Karena aku lebih sering mengemis, sering meminta kepada-Nya.
Aku ini tidak punya apa-apa. Tapi sering bergaya seperti konglomerat, agar dibilang maha kaya. Bergaya seperti profesor, agar dibilang maha pintar. Bergaya seperti raja, agar dibilang maha kuasa. Bergaya seperti dewa, agar dibilang maha perkasa. Aku kadang lupa, bahwa dunia itu sementara. Maka, aku pun tidak punya apa-apa tanpa-Nya.
Mengapa aku merasa sudah seperti apa-apa? Sementara aku belum banyak berbuat baik dan bermanfaat untuk orang lain. Aku jarang sedekah tapi selalu mengumpulkan harta. Aku pula yang meninggikan cita-cita dunia. Aku yang masih gemar bergibah, gosip, fitnah, bahkan menebar hoaks. Aku pun belum optimal sholat dan mengaji untuk-Nya. Aku sering lupa untuk bersyukur lalu bersabar dalam segala keadaan. Tapi saat bicara politik, aku seperti ahli ilmu politik. Semuar orang lain salah, hanya aku yang benar. Aku lagi-lagi lupa, bahwa aku bukan apa-apa bukan siapa-siapa.
Hingga hari ini, aku sering lupa. Menghirup udara masih gratis, menginjak bumi tidak bayar, menikmati pantulan sinar matahari pun gratis. Semua yang aku nikmati tanpa bayar, semua yang aku punya pun hanya titipan-Nya. Lalu mengapa hingga kini, aku masih merasa hebat dan merasa berkuasa? Aku ini lalai lagi lupa!
Maka di penghujung tahun ini, aku harus tegaskan. Bahwa aku bukan apa-apa, bukan pula siapa-siapa. Karena aku tidak punya apa-apa. Karena itu, aku hanya meminta dan merindu kepada Allah SWT. Karena aku hamba-Nya. Dan aku sadar atas kekuranganku. Tapi aku tetap tidak peduli kepada mereka yang banyak bicara. Karena 1) aku hidup tidak pernah merugikan mereka dan 2) aku bisa bertahan hidup pun bukan karena mereka.
Esok dan hingga kapanpun, aku hanya ingin berjalan bersama dengan-Nya. Hingga semesta alam tersenyum sambil menuntunku di jalan-Nya. Aku bukan apa-apa, bukan pula siapa-siapa. Jadilah literat! Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H