Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Catatan Akhir Tahun Pegiat Literasi, Cara Sederhana Menghargai Waktu

Diperbarui: 24 Desember 2022   08:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: TBM Lentera Pustaka

Tahun 2022 sebentar lagi berakhir. Tahun 2023 pun akan datang. Begitulah waktu, selalu datang dan pergi. Apalagi bila waktu dihabiskan untuk yang sia-sia. Berdiam diri tanpa mau berbuat yang baik. Sementara di grup WA atau media sosial, betapa banyak orang yang kerjanya hanya menyalahkan orang lain, mem-bully atau bertutut kata yang tidak ada artinya. Waktu-waktu yang terbuang percuma.

Banyak orang lupa. Waktu adalah satu-satunya harta yang paling berharga yang dimiliki manusia. Tanpa memandang miskin atau kaya, tanpa peduli pintar atau bodoh. Tapi tidak sedikit orang yang akhirnya menyesal di kemudian hari karena waktu. Waktu yang dibuang percuma. Waktu yang tidak digunakan untuk ibadah atau berbuat baik kepada orang lain. Waktu yang gagal dipakai untuk ladang amal. Waktu yang dihabiskan untuk urusan dunia. Tapi sayang, masih berani membangkang dari perintah-Nya? Lupa, bahwa waktu yang telah berlalu tidak mungkin kembali lagi.

Waktu itu akan terus berjalan. Hingga kapan pun. Hingga semuanya berakhir. Tapi sayang, banyak orang yang mendambakan "waktu luang". Tapi justru mereka pula yang menggunakan waktunya dengan sia-sia. Waktu yang tidak bermanfaat sama sekali. Ngomongin orang, bertutur kebencian, bahkan ngerumpi bareng. Apalagi ngobrol-ngobrol hanya membuang waktu. Percuma dan sia-sia. Tapi saat ditanya, jawabnya "waktu adalah uang". Itulah tanda kaum yang menyia-nyiakan waktu.

Cara sederhana memanfaatkan waktu itulah yang dilakukan pegiat literasi dan relawan di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Selama 6 hari dalam seminggu, selalu mengabdikan diri untuk aktivitas di taman bacaan. Mulai dari membimbing anak-anak yang membaca, mengajar calistung kelas prasekolah, mengajar berantas buta aksara, mengelola koperasi simpan pinjam, membina anak yatim dan kaum jompo, hingga menjalankan motor baca keliling. Mengisi waktu dengan pengabdian sosial atas nama kemanusiaan, Agar jangan ada anak putus sekolah atau kaum buta aksara di era serba digital. Waktu boleh berganti, tahun silakan berlalu. Tapi taman bacaan tetap komit dan konsisten menjalankan aktivitas literasi. Sebuah cara sederhana dalam menebar kebaikan dan menghargai waktu.

Kata orang bijak "jika kamu membuang uang, maka kamu akan kehilangan uang. Namun, jika kamu membuang waktu, maka kamu akan kehilangan sebagian besar hidupmu." Maka sekali lagi, jangan buang waktu. Membacalah, beribadahlah hingga waktunya selesai. Waktu itu hanyalah angka. Dia tidak berguna bagi orang-orang yang tidak memperjuangkannya untuk kebaikan. Maka jangan katakan 'masih ada waktu' atau 'nanti saja'. Karena kita tidak tahu, apa yang akan terjadi esok atau Nanti. Lakukan saja yang baik, gunakan waktu dengan bijak.

Di taman bacaan, ada pelajaran tentang waktu. Bahwa siapapun yang gemar menyia-nyiakan waktu, maka esok waktu yang akan menyia-nyiakannya. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline