Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Taman Bacaan yang Tidak Diurus, Tidak Layak Diterangi

Diperbarui: 9 November 2022   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: TBM Lentera Pustaka

Dulu di tahun 2002, saya membeli sebidang tanah yang kini jadi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Niat awalnya, saya hanya ingin membangun rumah sebagai tempat istirahat keluarga seminggu sekali. Maka saya pun memanggil beberapa orang tukang bangunan. Tahap demi tahap, akhirnya sebuah rumah pun berdiri. Setelah jadi bangunan pun, ternyata tidak langsung bisa dihuni. Karena masih perlu instalasi listrik, dipasang keramik lantai, dan saluran air. Lagi pula, siapa yang mau menempati rumah tanpa listrik, air atau lantai? Pasti tidak nyaman kan.

Setelah listrik, lantai, dan air terpasang. Ternyata, masih butuh furniture. Minimal, perlu tempat tidur, kursi tamu, meja makan, dan perlengkapan dapur. Jadi, sebidang tanah yang mau dihuni sangat butuh persiapan. Perlu persiapan dan proses agar bisa dihuni sesuai fungsinya. Lebih nyaman bagi yang menempatinya.

 

Dan sejak tahun 2017, rumah yang saya bangun pun berubah jadi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka. Dan ternyata, mendirikan taman bacaan pun butuh persiapkan. Mulai dari mengurus izin operasional ke pemda, mencari koleksi buku-buku bacaan, menyiapkan rak-rak buku. Setelah buku tersedia pun, masih harus mencari dan mengajak anak-anak usia sekolah untuk membaca. Membangun taman bacaan di daerah yang selama ini tidak punya akses bacaan dan 81% tingkat pendidikan masyarakatnya hanya SD memang tidak mudah. Pasti butuh persiapan dan cara yang pas. Agar layak diterangi, agar sesuai dengan tujuannya. Jadi tempat membaca anak-anak dan warga. TBM yang tidak dipersiapkan, memang layak tidak dikenali. Maka, TBM di manapun harus dipersiapkan, harus diurus oleh pengelolanya. TBM butuh persiapan, hidup pun harus dipersiapkan. Tidak bisa sembarangan atau dijalani begitu-begitu saja. 

Membangun rumah butuh perencanaan, mendirikan TBM pun butuh persiapan. Hidup siapa pun harus direncanakan dengan baik. Agar menjadi berkah, agar lebih bermanfaat untuk orang lain. Ada benarnya kata guru ngaji saya dulu, "Segalanya dalam hidup harus dipersiapkan dengan baik. Bangun rumah saja perlu dipersiapkan apalagi alam kubur kita nanti?"

 

Rumah, TBM, dan alam kubur hakikatnya sama. Sama-sama menjadi tempat. Rumah jadi tempat tinggal, TBM jadi tempat membaca. Dan alam kubur jadi tempat tinggal manusia setelah meninggal dunia. Rumah atau TBM ditempati saat hidup. Alam kubur ditempati saat mati. Maka, semuanya harus dipersiapkan. Siapkan mati di saat masih hidup.

Karena itu, alam kubur juga perlu persiapan yang sangat banyak sebelum tinggal di dalamnya. Siapa sih yang mau tinggal di dalam tanah yang sempit dan gelap gulita. Bagaiman bisa istirahat dengan nyaman di alam kubur bila tidak dipersiapkan dari sekarang?

Mumpung masih ada waktu, persiapkan segalanya dengan baik. Jadikan segala aktivitas yang dilakukan sebagai ladang amal. Segerakan bertaubat kepada Allah SWT. Perbanyak amal saleh agar tempat tinggal di alam kubur jadi terang-benderang. Jauhi perbuatan yang sia-sia. Hindari tindakan yang dapat merusak persiapan dan amal-amal kita.

Karena rumah atau TBM yang tidak dipersiapkan, memang tidak layak diterangi. Maka persiapkan alam kubur sebelum tiba waktunya. Urus yang seharusnya diurus, jangan urus yang tidak layak diurus. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline