Tiap tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional. Secara seremoni mungkin sudah cukup. Tapi sayang, nilai-nilai kesantrian belum membumi di Indonesia. Santri yang lebih lebih sabar dan bersyukur dalam segala keadaan. Apapun dalihnya, ya sabar dan syukur.
Santri di zaman modern begini. Ada santri pondok pesantren yang benaran. Ada pula santri google yang hanya bicara agama dari browsingvdi google. Kontennya dipilih untuk menjatuhkan orang lain atau minimal merendahkan orang lain. Santri google itu santri palsu.
Apa bedanya santri pondok dan santri google? Santri pondok, tentu tiap detik dan alunan nafasnya berdimensi ruhaniah. Tanpa perlu digembar-gemborkan. Selalu mau belajar dan muhasabah diri. Selain intelek, santri pondok tutur katanya santun penuh hormat, dan sangat pandai menghargai orang lain. Adem bila dekat santri pondok. Tiap hari sarungan, kopiahan, lengseran, dan syukuran. Semuanya untuk kebaikan, untuk menggapai ridho Ilahi Rabbi.
Beda sama santri google. Belajar agamanya dari google. Tempat ngaji dan ceramah pun dipilih. Kyai atau ustaz yang cocok sama dirinya. Apalagi musim pilpres nanti, santri google bertebaran di mana-mana. Belajarnya dari google tapi gemar mendominasi kebenaran. Asal dari mulutnya, santri google merasa paling benar. Asal dari orang lain apalagi musuhnya pasti salah. Begitulah prinsip santri google. Kadang cara pandangnya pun picik. Di benak santri google, orang yang suka pakai jeans bolong nggak mungkin jago ngaji. Orang nggak pakai jenggot pasti nggak jadi imam sholat. Orang yang baca Al Fatihah sanad-nya kurang pas bisa diomelin. Orang yang belajar agama jadi serba salah. Yang paling benar ya si santri google dan teman-temannya.
Ciri terpenting santri google itu sering nggak jelas antara rendah hati atau tinggi hati. Karena santri google udah nggak doyan ke masjid kampung. Tahlilan di rumah tetangga pun ogah-ogahan. Apalagi tahlilnya air putih di tatakin. Santri google, boro-boro bantu orang miskin atau anak yatim. Tetangga sebelahnya sakit sekarat juga dia sering nggak tahu. Ya begitulah.
Prinsip santri google itu, pemahaman dia paling benar dan semua orang lain yang nggak sepaham pasti salah. Santri google bila ngoceh di grup WA sangat mengerikan, apalagi di medsos. Hampir tidak punya sopan santun apalagi etika. Sangat memprihatinkan.
Santri google dan siapa pun sering lupa. Hari ini ada 3 (sifat) yang sering diabaikan, tidak lagi dipedulikan. Yaitu 1) Tabayyun, sikap untuk hati-hati dan tidak tergesa-gesa untuk menghakimi urusan yang belum jelas banget, 2) Kepo, selalu mengintip dan ingin tahu urusan orang lain; nggak ngasih makan tapi pengen tahu apa yang dikerjakan orang lain, dan 3) Merasa paling benar, kepribadian toxic yang selalu merasa dirinya paling hebat dan benar sementara orang lain pasti salah.
Santri google sering lupa karakter menonjol santri pondok. Untuk selalu bersyukur, bersikap fair, berperilaku baik, berpikir positif, dan selalu ada harapan. Maka hidup harus dilandasi niat baik yang terus diperbaiki, ikhtiar yang dibagikan, dan doa yang diperbanyak. Tentu dalam keadaan sabar dan syukur. Setelah itu, biarkan Allah SWT bekerja untuk sang santri atau hamba-Nya.
Adalah realitas kini, ada santri pondok ada santri google. Maka di Hari Santri ini, tetaplah hati-hati dan teruslah berjuang untuk lebih baik. Karena orang menurut Anda salah belum tentu sepenuhnya salah. Atau bila Anda benar pun belum tentu semuanya benar. "Janganlah menyatakan diri kalian suci. Sesungguhnya Allah yang lebih tahu manakah yang baik di antara kalian." (HR. Muslim)." Jadilah santri ponfok, bukan santri google. Selamat Hari Santri #HariSantriNasional #SantriPondok #SantriGoogle
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H