Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

In Memoriam Pak Soenarko dan Ibu Zulfahnur, Dua Guru Saya di Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNJ

Diperbarui: 25 Juli 2022   08:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pribadi

Innaalillaahi wa innaa ilaihi roojiuun. Hari ini, 24 Juli 2022, telah berpulang ke rahmatullah guru saya yang terhormat, Bapak Drs. H. Soenarko, mantan Kajur Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FPBS IKIP Jakarta (kini: FBS UNJ) di tahun 1990-an. Beliau memang sudah terbaring sakit cukup lama. 

Kepergian beliau menyusul guru saya lainnya yang telah mendahului pula, Ibu Hj. Zulfahnur Zakaria pada 20 Juni 2021 di RS Persahabatan Jakarta. Untuk almarhum Pak Soenarko dan almarhumah Ibu Zulfahnur, teriring doa semoga Allah SWT menerima semua amalnya, mengampuni dosanya dan mendapat tempat terbaik di sisi-Nya, amiin.

Selamat jalan Pak Narko dan Ibu Zulfah, begitu saya memanggilnya.

Sengaja saya menuliskan ini, in memoriam Pak Soenarko dan Ibu Zulfahnur. Mengenang sosok sang guru di masa kuliah. Karena buat saya, beliau-beliau adalah guru sekaligus orang tua yang saya hormati. Saat saya kuliah di PBSI FPBS IKIP Jakarta, Pak Narko adalah ketua jurusan dan Ibu Zulfah sebagai sekretaris jurusan (1989-1992). 

Setelah itu, Ibu Zulfah menjabat ketua jurusan di era 1992-1994-an saat saya menyelesaikan studi S-1. Jadi di masa itu, Pak Narko dan Ibu Zulfah adalah guru yang spesial buat saya. Karena tanpa tanda tangan beliau berdua, apalah arti KRS (Kartu Rencana Studi) mahasiswa di setiap semester-nya.

Pak Narko, dari sosok beliau saya belajar tentang kesederhanaan. Sebagai Kajur, beliau berkantor di Lt. 2 Gedung D Kampus IKIP Rawamangun (mungkin gedungnya sudah tidak ada sekarang). Kajur yang sederhana dan kalem. Bicara secukupnya saja. Berkemeja lengan pendek, beliau sering memanggil saya untuk berkoordinasi terkait kegiatan kemahasiswaan di PBSI. Kebetulan di era beliau pula, saya menjadi ketua HIMA (Himpunan Mahasiswa) jurusan PBSI. 

Mengajar mata kuliah Linguistik Umum, Pak Narko memang dikenal sosok dosen yang bersahaja lagi ramah. Sikap ramah yang paling kentara, bila beliau ingin pulang di sore hari, saat melewati mahasiswa yang nongkrong di depan pintu Gedung D selalu berucap, "ayo pulang ..". Sambil bergegas menuju mobilnya carry warna biru muda yang terparkir di depan.

Seingat saya, Pak Narko juga pernah mengikuti perjalanan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) ke Universitas Mataram di Lombok dan ke IKIP Surabaya dan IKIP Malang (kala itu). Ngobrol sepanjang perjalanan di dalam bus, semakin terlihat sikap sederhana dan kelembutan beliau sebagai seorang ayah. 

Sayangnya setelah lulus kuliah, saya tidak lagi mendapat update terkait beliau. Kapan pensiun dan bagaimana keadaannya. Hingga suatu kali di tahun 2014, ada kabar beliau mengalami stroke. Dan bersyukur saya bersama Ibu Zulfah, Ibu Sabarti, Pak Bustaman, Ibu Sinto dan Ibu Lia sempat menjenguk ke rumahnya di daerah Jatinegara. 

Beliau terkulai di tempat tidur, kami pun berdialog untuk menyemangati beliau sambil tetap berdoa untuk kesembuhannya. Tapi apa mau dikata, Allah SWT telah memilihkan jalan terbaik untuk Pak Narko.  Pada Minggu, 24 Juli 2022 ini, beliau telah berpulang ke rahmatullah. Guru yang saya hormati dan tempat belajar tentang kesederhanaan yang tidak akan pernah lekang oleh waktu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline