Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Apa Alasannya Pegiat Literasi Tidak Menulis?

Diperbarui: 28 Juni 2022   10:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pribadi

Hingga saat ini, sudah 39 buku saya hasilkan. Sepanjang 12 tahun, dari 2010-2022 ini, rata-rata 3,3 buku per tahun diterbitkan. Ada yang menulis sendiri, menulis bersama anak atau menulis bersama mahasiswa. Bukunya bisa  diperoleh di toko buku ternama atau toko online. Intinya saya menulis. Sebab menurut saya, ada hal-hal sederhana yang selalu bisa ditulis. Dalam hidup siapa pun, termasuk saya. 

Saat ditanya orang, kenapa saya menulis? Jawab saya, saya menulis untuk diri sendiri. Sebab menulis itu seperti olahraga, atau makan, atau tidur. Untuk menyehatkan pikiran, mencerahkan batin. Agar mampu membangun pikiran baik dan mental yang positif. Maka menulislah agar sehat, jangan hanya ngedumel di media sosial. Menulis pula yang bikin saya "berteman" dengan pengalaman, pengetahuan atau perasaan. Menulis sebagai ruang terbuka untuk ber-ekspresi. Apa saja dan di mana saja. Seperti saat bikin tulisan ini pun, saya sedang di Busway 9C menuju Senayan dari Cawang UKI. Lebih baik menulis daripada banyak bicara. Dengan menulis pun, saya akrab dengan buku-buku. Termasuk mengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Ketahuilah, tidak ada orang yang mampu menulis tanpa pernah membaca. Seperti tidak ada orang yang pandai bicara tanpa pandai mendengarkan. Karena menulis, kita jadi membaca. Sederhana kan? 

Scripta manent verba volant; yang tertulis akan abadi dan yang terucap akan hilang. Maka saya menulis. Menulis juga perbuatan bukan pelajaran. Menulis itu keberanian bukan kekhawatiran. Menulis harus praktik bukan teori. Jangan terlalu banyak berdiskusi tentang menulis. Karena menulis harus dilakukan. Maka saya sering "memaksa" diri saya dan orang lain untuk menulis. 

Sebagai pegiat literasi, saya pun selalu menulis. Tidak ada aktivitas di TBM Lentera Pustaka yang tidak saya tuliskan. Bila TBM isinya praktik baik, kenapa tidak dituliskan? Selalu ada yang bisa dibagi dan dituliskan di taman bacaan, tanpa terkecuali. Alhamdullah hingga kini, mungkin saya termasuk pegiat literasi yang rajin menulis setiap hari. Silakan di cek di web: www.tbmlenterapustaka.com.

Perlu diketahui, saya pun tidak menulis untuk cari uang. Bahwa ada tulisan yang diterbitkan di media massa lalu mendapat honor, itu hanya bonus. Saya menulis pun bukan untuk menyelamatkan dunia. Atau mengejar popularitas. Saya menulis karena menulis sudah jadi gaya hidup, sudah jadi kebiasaan. Ibarat "tidak bisa tidur bila belum menulis". 

Tiap hari saya menulis. Minimal 300 kata atau bisa juga 6.000 karakter. Tentang apa saja, tentang apa pun. Asal berdasar pengalaman, pengetahuan atau perasaan saya. Bukan pengalaman atau perasaan orang lain, karena itu susah banget. Jujur, jadi orang lain itu susah banget untuk dituliskan. Apalagi dalam kehidupan sehari-gari ya. 

Kenapa saya menulis? Karena saya senang dan terbiasa menulis. Seperti kata orang jatuh cinta "Bila sudah cinta, apa pun pasti senang dikerjakannya". Dan ketahuilah, resep menulis yang paling jitu adalah "menulis, menulis, dan menulis". Salam literasi. #KenapaSayaMenulis #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline