Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Taman Bacaan Masyarakat Lentera Pustaka, Apa Mau Dikata?

Diperbarui: 25 April 2022   12:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: TBM Lentera Pustaka

Sejak hadir di blantika taman bacaan dan dunia literasi pada tahun 2017 lalu, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor tidak sedikit orang yang mencemooh. Ada yang berpikir, untuk apa sih rumah dijadikan taman bacaan? 

Ada pula yang bilang, kita lihat saja berapa lama taman bacaan itu bertahan. Bahkan tidak sedikit masyarakat sekitar yang memusuhi dengan barbagai alasan. Sampai kini orang-orangnya pun masih ada di dekat TBM Lentera Pustaka.

Sekarang pun, TBM Lentera Pustaka bolehlah dibilang TBM "kemarin sore" karena usianya baru 5 tahun. Apalagi di mata TBM yang usianya di atas 10 tahunan. 

Belum ada apa-apanya lah? Sekalipun sama sekali tidak ada ukuran, taman bacan harus dilihat dari usianya. Karena tidak sedikit kok TBM yang lama tapi akhirnya mati alias lenyap. Ada juga TBM yang usinya lama tapi aktivitas literasi-nya ya begitu-begitu saja. Maju nggak, mundur pun nggak. 

Artinya apa? Di dunia taman bacaan, sama sekali tidak ada ukuran pasti alias benchmark tentang taman bacaan yang bagus berdasarkan usianya. Tapi Sesuai pengalaman TBM Lentera Pustaka, ukuran taman bacaan bagus atau tidak itu terletak pada 1) keaktifan kegiatan baca atau event yang digelar di taman bacaan, 2) komitmen dan konsisten yang terjaga di taman bacaan, 3) kemajuan program literasi atau data otentik taman bacaan, seperti jumlah anak, jumlah koleksi buku, dan bangunan taman bacaan itu sendiri. 

Jadi siapa pun yang tahu dan pernah kenal taman bacaan, silakan dicek saja. Seperti apa aktivitas taman bacaannya, jumlah anak-anak yang membaca dan berapa koleksi buku, terus bangunan taman bacaannya seperti apa? Semua itu ukuran objektif untuk melihat maju tidaknya taman bacaan. Sulit dibantah kok, kan semuanya harus berdasar data dan fakta.

Tapi entah kenapa? Di masyarakat Indonesia itu, sesuatu yang baik seperti aktivitas taman bacaan sering kali diremehkan. Bahkan tidak sedikit orang-orang yang benci lalu membangun narasi yang aneh-aneh. Bikin hoaks, gibah atau gosipin taman bacaan. 

Intinya ya sederhana, orang-orang itu tidak suka alias benci. Katanya, taman bacaan perbuatan baik kok nggak mau dijadiin ladang amal ya? Aneh sih, kok zaman begini masih hidup orang-orang yang nggak membantu tapi malah membenci taman bacaan? Coba mau gimana orang-orang begitu?

Terus, memangnya taman bacaan yang masih seumur jagung tidak boleh maju ya?

Tentu nggak dong. Siapa pun orangnya boleh maju, apalagi taman bacaan. Maju tidak maju taman bacaan itu harus bisa dibuktikan. Atas dasar fakta dan data otentik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline