Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Harus Malu bila Tidak Antre Mau Duluan, Taman Bacaan Ajarkan Budaya Antre Anak

Diperbarui: 10 Maret 2022   02:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: TBM Lentera Pustaka

Zaman boleh digital tapi budaya antre kian ditinggalkan. Banyak orang sudah tidak sabar, semuanya mau buru-buru. Tidak mau antre, berbaris untuk menunggu giliran. Lihat saja di jalanan, pengendara motor yang mengambil jalur berlawanan arah. Atau menerabas jalur busway. Orang-orang cerdas tapi tidak lagi mau antre. Akibat terlalu egois dan tidak lagi mau menghargai hak orang lain. Budaya antre kian punah.

Menerobos antrean sudah tidak malu lagi. Pengen menang sendiri dan pengen buru-buru. Tidak antre tapi mau duluan, kok bisa? Tanpa rasa salah, tanpa ada rasa malu lagi. Budaya antre makin langka. Akibat lebih senang mempertontonkan ketidak-sabaran. Serba buru-buru, serba mau instan. Tapi tidak mau ikut aturan. Seperti hidup di bumi seorang diri. Otaknya bukan hanya cerdas. Tapi lebih suka memilih "cara cepat" sampai ke tujuan. Apa pun caranya, termasuk mengambil hak orang lain sekalipun.


Budaya antre sudah hilang. Banyak orang sudah tidak mau lagi berdiri berderet-deret; memanjang sambil menunggu untuk mendapat giliran. Merasa malu bila menyela barisan saat menunggu giliran. Datang belakangan tapi maunya kelar duluan. Dalam hal apapun, untuk keperluan apa pun. Budaya antre kian terpuruk di era digital.

Karena itu, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor selalu mengajarkan budaya antre sekitar 140 anak-anak pembaca aktif. Setiap bulan, anak-anak kampung di daerah prasejahtera ini diajar budaya antre. Melalui "jajanan kampung gratis" sebulan sekali. Anak-anak diberi kupon jajan gratis harus antre. Saat memilih jajanan di depan taman bacaan pun harus antre. Tidak boleh menyerobot teman yang ada di depannya. Karena membaca buku mau sehebat apa pun harus tetap menjaga adab untuk antre. Adab (akhlak) tetap di atas ilmu. Wajib antre bila memang harus menunggu giliran.

Antre, budaya yang ditanamkan di taman bacaan. Bukan hanya membaca buku semata. Karena dengan antre, anak-anak pembaca aktif diajarkan sikap untuk menghormati hak orang lain. Bahwa yang paling depan adalah yang datang duluan. Maka tidak boleh menyerobot hak orang lain. Antre, melatih disiplin dan tertib dalam hidup. Agar malu bila tidak antre tapi mau duluan. 

Kenapa antre? Melalui budaya antre, anak-anak TBM Lentera Pustaka diajarkan untuk: 1) melatih kesabaran dalam hidup, 2) melatih kesetaraan posisi, tidak ada yang lebih tinggi atau rendah, 3) mengajarkan kedisiplinan, dan 4) mengajak siapa pun untuk bersikap lapang dada, menerima realitas hidup. Itulah peran yang dilakukan taman bacaan. Untuk menanamkan budaya antre di kalangan anak-anak sejak dini. Sederhana tapi bermanfaat sebagai cerminan nilai-nilai akhlak yang patut dijunjung tinggi.

Suka tidak suka, siapa pun harus peduli untuk menanamkan budaya antre. Agar hidup lebih tertib, lebih beradab, Untuk tidak menyerobot hak orang lain. Mau menunggu giliran sesuai dengan antrean. Untuk selalu menghargai orang yang ada di depan dalam satu antrean. Seperti kamu pun ingin segera mendapat giliran.

Budaya antre itu literat. Siapa pun dan orang dewasa, dengan pangkat dan jabatan apa pun, harus mau antre. Karena takdir pun selalu menunggu antrean untuk memghampiri hamba-Nya. Salam literasi. #BudayaAntre #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Sumber: TBM Lentera Pustaka




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline