Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Pegiat Literasi Jangan Pernah Berharap Kesempurnaan

Diperbarui: 31 Januari 2022   09:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: TBM Lentera Pustaka

Adalah realitas, hari ini banyak orang yang menuntut kesempurnaan terjadi pada orang lain. Sementara dirinya sendiri adalah makhluk yang tidak sempurna. Maka siapa pun, jangan pernah berharap sempurna. Karena tidak ada sama sekali manusia atau hal yang sempurna selagi masih bermukim di dunia. Kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT.

Sekali lagi, jangan pernah berharap kesempurnaan. Asal jujur dan apa adanya, lebih baik membuat kesalahan daripada memalsukan kesempurnaan. Berkoar-koar di media sosial seperti orang baik dan selalu benar. Hanya untruk memalsukan diri, sementara orang yang ditudingnya hanya diam saja. Bertindak seperti orang berdaya dan mampu, sementara track record-nya tidak ada apa-apanya. Banyak orang terlihat sempurna karena dibantu mulutnya, sementara orang lain hanya berdiam diri.


Terus, bila orang lain salah. Apa kamu pasti benar? 

Belum tentu dong. Saya sendiri tidak pernah percaya ada manusia yang mampu mengerjakan apa pun dengan sempurna. Selagi masih jadi manusia pasti punya salah, ada khilafnya. Salah sedikit atau banyak, besar atau kecil. Apa pun dalihnya. Bagaimanapun juga, tidak ada orang yang sempurna. Hanya banyak orang tidak mau jujur, bahkan tidak berani mengakui kesalahannya.

Mengejar kesempurnaan, untuk siapa pun, hanya akan membuat manusianya jadi stres dan frustrasi. Hingga berdampak berdampak buruk pada hidupnya. Jangan lupa, sesuatu indah itu dibangun dari hal-hal yang tidak sempurna. Maka cukup, lakukan apa pun dengan baik. Walau tidak sempurna, namun tetap apa adanya dan berdampak positif untuk orang lain. Seperti pegiat literasi di taman bacaan, mereka tidak lakukan apa pun untuk sempurna. Tapi selalu ikhtiar untuk melakukan yang terbaik.

 

Maka khusus pegiat literasi dan relawan taman bacaan. Pesen sederhananya adalah jangan pernah berharap untuk sempurna. Tapi cukup lakukan yang terbaik di taman bacaan. Demi tegaknya kegemaran membaca dan budaya literasi anak-anak dan masyarakat. Fokus saja untuk mengelola dan menghidupkan kegiatan literasi di taman bacaan, Apa pun kondisinya, apa pun kendalanya. Taman bacaan, tidak perlu menjadi sempurna untuk menginspirasi orang lain. Tapi biarkan orang-orang terinspirasi oleh taman bacaan saat menangani ketidaksempurnaannya. 

Taman bacaan bukan tempatnya kesempurnaan. Pegiat literasi pun tidak perlu jadi orang sempurna. Literasi pun tidak usah pengen macam-macam. Tapi cukup semacam saja. Untuk menyediakan akses bacaan, bukan menuding minat baca rendah. Taman bacaan pun sama sekali tidak penting mengurusi orang lain, Apalagi kepo, gossip, gibah dan fitnah. Karena orang lain itu tidak peduli dan tidak membantu taman bacaan kan? Maka taman bacaan hanya fokus pada apa yang harus dilakukan. Fokus pada taman bacaan itu sendiri, bukan pada orang lain.

Spirit "jangan pernah berharap kesempurnaan" itulah yang jadi roh TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Sekalipun banyak kendalanya tapi tetap fokus berliterasi. Hingga kahirnya kini, tetap fokus menjalankan taman bacaan sebagai tempat membaca 130 anak usia sekolah dari 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya) di Kec. Tamansari Bogot. Dengan koleksi lebih 10.000 buku, kini tiap anak TBM Lentera Pustaka sudah terbiasa membaca 3-10 buku per minggu. Selain taman bacaan, TBM Lentera Pustaka pun menjalankan 11 program literasi lainnya seperti:1) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) yang diikuti 9 warga belajar buta huruf agar terbebas dari belenggu buta aksara, 2) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak usia prasekolah, 3) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, 4) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8 jompo usia lanjut, 5) TBM Ramah Difabel dengan 3 anak difabel, 6) KOPERASI LENTERA dengan 28 ibu-ibu anggota koperasi simpan pinjam agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, 7) DonBuk (Donasi Buku), 8) RABU (RAjin menaBUng), 9) LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat, 10) LITFIN (LITerasi FINansial), dan 11) LIDAB (LIterasi ADAb) untuk mengajarkan adab ke anak-anak seperti memberi salam, mencium tangan, berkata-kata santun, dan budaya antre. Tidak kurang dari 250 orang menjadi penerima layanan literasi TBM Lentera Pustaka setiap minggunya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline