Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Nasihat Nangka Tok Pegiat Literasi, Ceramah Wangi Pikiran Busuk

Diperbarui: 28 September 2021   09:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: TBM Lentera Pustaka

Salah satu tanaman yang ada di Kebun Baca Lentera Pustaka adalah Nangka. Selain rindang pohonnya sehingga teduh saat membaca. Pohon nangka juga punya makna yang luar biasa. Karena nangka, "pohon yang tidak terlalu tinggi, tidak pula merasa rendah. Tidak ketinggian, tidak kerendahan". Cukup pas. Nangka tok di taman bacaan. 

Untuk kehidupan, pohon nangka memberi pesan. Jangan sampai salah bergaul, jangan ula salah pilih orang. Karena ada orang yang aroma omongannya wangi seperti nangka. Tapi busuk di dalamnya. Tapia ada pula nangka yang tampak luarnya busuk. Tapi buahnya enak dan bisa dinikmati. Jadi apa pun, jangan sampai salah pilih.

Memang, nangka bukan pohon langka. Bukan pula pohon dengan nilai ekonomis tinggi. Hanya pohon kebanyakan. Mudah ditanam asal ada lahannya. Tapi nangka, selalu memberi nasihat yang tidak lekang oleh waktu. Untuk reminder kehidupan siapa pun.

Pohon nangka, bila dirawat dengan baik. Maka rasa dan aromanya bisa dinikmati semua orang. Tapi sebaliknya, bila dibiarkan alias tidak dirawat. Maka yang didapat hanya aroma saja. Wang tapi tidak bisa dinikmati. Tidak akan ada rasa dan selera untuk memakannya. Karena busuk di dalamnya.

Seperti nangka, kehidupan pun begitu. 

Siapa pun, saat berada di pergaulan dan lingkungan dirawat pasti baik. Ada akhlak, ada etika, dan ada objektivitas. Tapi sebaliknya bila tidak dirawat, maka yang didapat hanyalah pergaulan dan lingkungan yang semu. Hanya pesona tampilan luarnya saja wangi. Tapi busuk di dalamnya. Karena tidak berlandaskan akhlak baik dan sangat subjektif. Apalagi ditambah bumbu merasa paling benar sendiri, sementara orang lain selalu salah. Wangi ceramahnya, busuk pikiran dan perilakunya.

Hebatnya pohon nangka. Selagi masih kecil bisa dibuat sayur asem. Saat muda bisa dibikin gudeg. Selagi tua dan matang, sungguh buahnya nikmat luar biasa. Selama tumbuh, dari kecil, muda, hingga tua. Pohon nangka selalu memberi manfaat, senantiasa bermanfaat untuk manusia sekitarnya.

Nangka tok di taman bacaan. Spirit pohon nangka itulah yang patut ada di taman bacaan, patut ditiru para pegiat literasi. Untuk selalu menebar manfaat bagi orang lain. Di mana pun berada. Karena hidup bukan hanya untuk diri sendiri. Bukankah sebaik-baik manusia di muka bumi adalah manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain? 

Bila sudah ditanam, pohon nangka hanya tahu tetap tumbuh. Tanpa peduli sesulit apapun kondisinya. Selalu berjuang untuk berbuah. Agar bisa dinikmati orang yang menanamnya. Begitu pula taman bacaan. Saat sudah dimulai maka hanya tahu untuk membangun tradisi baca anak-anak. Selalu optimis untuk eksis. Berjuang untuk memberi manfaat kepada lingkungan sekitar.

Maka seperti pohon nangka. Taman bacaan pun harus berani bertindak untuk optimis ukan pesimis. Merawat pikiran yang positif, bukan negatif. Sehingga mampu menjauh dari keluh-kesa, apalagi perilaku akhlak yang busuk dan subjektif. Lalu gagal menerima realitas. Seakan hidup isinya masalah lalu lupa bersyukur.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline