Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Publik Harus Tahu, 7 Kendala Prinsip Taman Bacaan di Indonesia dan Solusinya

Diperbarui: 1 September 2021   12:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: TBM Lentera Pustaka

Semua pihak paham. Taman Bacaan Masyarakat (TBM) pasti miliki peran penting. Apalagi di tengah gempuran era digital dan media sosial yang kian masif. Gerakan giat membaca dan budaya literasi anak-anak dan masyarakat ada di taman bacaan. 

Karena taman bacaan, sejatinya menyatu dengan masyarakat-nya. Boleh, taman bacaan masyarakat disebut "ujung tombak" dalam peningkatan giat baca dan keaksaraan dalam mewujudkan masyarakat yang literat.

Tapi sayang, faktanya eksistensi TBM boleh dibilang terpinggirkan. Kurang mendapat perhatian dari berbagai kalangan, baik pemerintah daerah, korporasi, dan masyarakat sendiri. Bahkan tidak sedikit TBM yang masih terkendala dengan permasalahan internal. 

Sehingga sulit mengemban misi meningkatkan kegemaran membaca anak-anak dan masyarakat. Banyak TBM yang berjuang untuk bertahan hidup. Alih-alih tetap eksis, bisa jadi aktivitas TBM malah kian "sunyi". Bila tidak mau disebut "mati suri'.

Maka publik harus tahu, kendala TBM. Karena itu, TBM di manapun harus menyadari beberapa problematika yang dihadapi. Agar visi dan misi TBM tetap bisa berjalan. Atas alasan apapun, TBM harus tetap eksis dan punya aktivitas. Untuk itu, kendala atau problematika TBM yang harus dicermati dan solusinya antara lain sebagai berikut:

1. Kendala Biaya Operasional. Banyak TBM tidak memiliki biaya operasional. Misalnya untuk membeli buku, membuat rak, membayar listrik, dan memasang wifi atau lainnya. Apalagi TBM biasanya diinisiasi secara informal dan sosial. Maka solusinya, TBM perlu menggandeng mitra untuk ikut membiayai operasional TBM.

2. Kendala Perizinan TBM. Mungkin, 80% TBM yang ada di dekat kita belum memiliki izin. Karena sifatnya sosial dan tempatnya pun milik sendiri atau di fasilitas umum. 

Sehingga soal perizinan agak diabaikan. Maka solusinya, TBM mau tidak mau harus mengurus izin operasional. Tentu di setiap daerah berbeda-beda. Bisa ke Dinas Pendidikan Kab/Kota atau Dinas Perizinan Kab/Kota, atau dari pihak pemerintah setempat setingkat Camat. Intinya, ada izin untuk operasional.

3. Kendala Koleksi Buku. Banyak TBM memiliki buku yang terbatas koleksinya. Sehingga anak-anak jenuh karena buku di TBM itu-itu saja. Maka solusinya, TBM perlu berjuang keras untuk mencari donatur buku atau kerjasama dengan pihak luar untuk menambah koleksi buku yang ada. Kendala ini harus diatasi karena buku adalah "nyawa" TBM.

4. Kendala Pembaca/Anak. Tidak sedikit TBM yang hanya melayani kurang dari 30 anak. Karena itu, jumlah anak pembaca harus terus ditingkatkan. Bukan hanya warga sekitar tapi mencakup "tetangga" kampung. Semakin banyak anak di YBM maka semakin eksis dan jadi alat promosi. M

aka solusinya, TBM harus fokus m nambah jumlah anak yang membaca. Memang tidak muda. Tapi kreativitas harus dicari untuk bisa menambah anak pembaca. Seperti buku, anak-anak pun "nyawa" TBM.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline