Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

The Power of Taman Bacaan, Jangan Tuding Minat Baca Rendah Tanpa Akses Bacaan

Diperbarui: 18 Agustus 2021   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi taman bacaan. Sumber: Kompas.com

The power of taman bacaan. Ini hanya istilah untuk siapa pun yang belum mengenal atau belum peduli kepada taman bacaan. Karena dianggapnya, taman bacaan hanya hal sepele. Hanya tempat membaca dan bersifat sosial. Tanpa tahu, manfaat dan dampak besar keberadaan taman bacaan di suatu daerah.

Apalagi di tengah gempuran era digital. Bukan tidak mungkin eksistensi taman bacaan kian terpinggirkan. Perilaku membaca pun kian langka. Lalu kita berdebat atau berdiskusi. Tentang pentingnya gerakan literasi, tentang pentingnya perilaku membaca. 

Akibat adanya hasil survei UNESCO yang menyebut minimnya indeks tingkat membaca orang Indonesia. Atau survei PISA yang menempatkan Indonesia sebagai negera kedua terendah dalam hal membaca buku di dunia. Begitulah nyatanya.

The power of taman bacaan.

Sejatinya, untuk mengembalikan kesadaran bersama. Tentang pentingnya perilaku giat membaca buku di era digital. Apalagi di kalangan anak-anak usia sekolah di tengah pandemi Covid-19. Pentingnya ikhtiar menyediakan akses buku bacaan daripada menuding minat membaca yang rendah. 

Dan sadar bahwa taman bacaan bukan hanya gudang buku atau tempat membaca semata. Tapi menjadi sentra pemberdayaan masyarakat, di samping menjadi media membangun peradaban masyarakat.

The power of taman bacaan. Taman bacaan adalah kekuatan. 

Karena taman bacaan terbukti mampu berkiprah untuk 1) menekan angka putus sekolah, 2) menekan pernikahan dini, 3) menjadi lawan dari hobby gim online anak-anak, dan 4) jadi lawan tanding bahaya narkoba di anak-anak. 

Bahkan taman bacaan pun bisa jadi tempat pemberantasan buta aksara dan sosialisasi anak-anak difabel yang "tidak mendapat tempat" di sekolah formal atau masyarakat. Itu faktanya. 

The power of taman bacaan. Realitas itulah yang dialami taman bacaan di kaki Gunung Salak Bogor. Sejak berdiri 4 tahun lalu, kini TBM Lentera Pustaka memiliki 168 anak pembaca aktif usia sekolah, dari sebelumnya hanya 60 anak di tahun 2020 dan 14 anak saat berdiri tahun 2017. 

Selain membaca membaca buku seminggu 3 kali, kini mencakup anak-anak yang berasal dari 3 desa, yaitu Sukaluyu, Tamansari, dan Sukajaya Kec. Tamansari Bogor. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline