Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Memprihatinkan, 61,5% Koleksi Buku Taman Bacaan di Indonesia Tidak Memadai

Diperbarui: 20 Juli 2021   22:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: TBM Lentera Pustaka

Saat ditanya, apakah jumlah koleksi buku di taman bacaan Anda suda memadai?

Ternyata, 61,5% jumlah koleksi buku taman bacaan di Indonesia belum memadai, sementara 33% mungkin memadai, dan hanya 5,5% saja yang sudah memadai. 

Itu berarti, Sebagian besar koleksi buku yang ada di taman bacaan belum memadai, baik dari jumlah maupun jenis buku bacaan yang dibutuhkan. 

Begitu simpulan Survei Tata Kelola Taman Bacaan yang dilakukan TBM Lentera Pustaka (Juni 2019) yang dijawab oleh pegiat literasi yang ada di 33 lokasi di Indonesia.

Bila mau jujur, survei ini menyiratkan ada tantangan besar gerakan literasi dan kegemaran membaca di Indonesia. Selain dihadapkan jumlah pembaca dan fasilitas taman bacaan yang masih bermasalah, taman bacaan pun "ditantang" oleh persoalan jumlah koleksi buku bacaan yang tersedia. 

Ketersediaan buku bacaan berarti bukan soal sepele di taman bacaan. Karena sejatinya, taman bacaan bisa dikunjungi anak-anak pembaca bila koleksi bukunya memadai. Bila tidak, maka taman bacaan bisa jadi ditinggalkan.

Belum memadai-nya jumlah koleksi buku di taman bacaan. Tentu harus jadi perhatian semua pihak, khususnya para donator buku, korporasi maupun pemerintah daerah di mana pun. 

Eksistensi taman bacaan akan terjga bila koleksi buku yang ada memadai. Karena buku bacaan adalah variabel penting di taman bacaan, di samping menjadi pemantik daya Tarik anak-anak datang ke taman bacaan.

Dengan kata lain, survei ini pun menegaskan sangat salah bila minat baca anak-anak Indonesia rendah. Tapi soalnya adalah ketersediaan buku bacaan yang tidak merata dan akses untuk membaca buku yang memang sulit didapatkan anak-anak Indonesia. 

Koleksi buku yang bisa dijangkau anak-anak tergolong minim. Maka sangat wajar, bilaaktivitas giat membaca dan gerakan literasi kian terpinggirkan. Apalagi di tengah gempuran era digital. 

Ditambah lagi, beragam gim online, gawai, tayangan TV, internet yang kurang mendidik makin menjauhkan anak-anak dari buku bacaan. Inilah "pekerjaan rumah" terpenting gerakan literasi di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline