Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Catatan Kritis 16 Tahun Forum TBM, Militansi yang Elegan

Diperbarui: 11 Juli 2021   10:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: TBM Lentera Pustaka

Semarak peringatan HUT ke-16 Forum TBM tahun 2021 ini patut diacungi jempol. Bertajuk "Menengok Diri, Menguatkan Literasi untuk Semua", Forum TBM sebagai organsiasi penggerak giat membaca dan gerakan literasi di Indonesia terus-menerus manggaungkan eksistensi TBM. Beragam acara seperti praktik baik TBM wilayah dan daerah, panggung boneka muhibah dongeng, sapa TBM digelar. 

Puncak acara HUT ke-16 Forum TBM pada Minggu 11 Juli 2021 ini pun digelar secara virtual. Sarasehan literasi, penyerahan kartu anggota Forum TBM, peluncuran buku petualangan tekno, Betari dan Maleo, serta pemutaran parade video jadi bukti semarak Forum TBM di Indonesia.

Cukupkah semua itu untuk membangkitkan keberadaan TBM dan gerakan literasi di Indonesia?

Baiklah, sebutlah ini catatan kritis Forum TBM di hari ulang tahunnya. Semoga bisa memberi energi baru dan atensi kepada pegiat literasi dan aktivis Forum TBM di mana pun di Indonesia. Wabil khusus untuk sahabat saya, Kang Nero Taopik sebagai Ketua Forum TBM dan jajarannya. Itu pun bila berkenan.

Catatan kritis ini, saya mulai dari tema yang dipilih "Menengok Diri, Menguatkan Literasi untuk Semua". Memaknai tema tersebut, maka ada dua frase yang harus dicermati.

Pertama, frase "menengok diri". Menengok itu artinya menjenguk; melihat; menilik; memperhatikan bukan menonton. Dalam bahasa Jawa "delengan" atau "tingali" dalam bahasa Sunda. Jadi, menengok diri harus dimaknakan untuk menilik diri sendiri, bukan menilik orang lain. Sebuah spirit untuk introspeksi diri, evaluasi atas apa yang telah dilakukan. Sehingga ujungnya, sudah cukup atau belum atas apa yang dilakukan.

Kedua, frase "menguatkan literasi". Menguatkan berarti "menjadikan lebih kuat" atau bisa juga mengukuhkan, meneguhkan. Tapi bukan mengeraskan. Apa yang dikuatkan? Yaitu "literasi". 

Secara subjektif, saya memaknai literasi sebagai keterampilan membaca, menulis, berbicara, menghitung,untuk memecahkan masalah dan memahami realitas. Maka di situ, TBM tidak cukup hanya "tempat membaca". Tapi juga harus jadi tempat menulis, berbicara, dan berhitung. Jadi, menguatkan literasi sebagai spirit untuk memperkuat aktivitas literasi. Agar jadi literat.

Alih-alih TBM di Indonesia memang belum lagi dalam eksistensi yang ideal. Maka ke depan, ada agenda penting Forum TBM yang patut jadi perhatian bersama. Demi tegaknya tradisi baca dan geraka literasi di tengah gempuran era digital. Forum TBM harus siap menjadi pelopor dan inkubator gerakan literasi yang lebih masif, terbuka, dan berdaya guna.

Melalui Forum TBM, para pegiat literasi dan TBM di Indonesia harus lebih militan dan sepenuh hati dalam menggerakkan misi giat membaca dan gerakan literasi ke masyarakat. Militansi terhadap TBM sangat diutuhkan hari ini. Karena tanpa militansi, TBM bukan tidak mungkin akan tergilas zaman dan kian terpinggirkan.

MILITAN, adalah kata kunci TBM dan pegiat literasi ke depan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline