Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Rela Perut Kosong demi Anak-anaknya, In Memoriam Ambo Lotang Yunus

Diperbarui: 15 Juni 2021   04:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pribadi

Sosok ayah, sering kali jadi figur sentra dalam keluarga. Ayah juga yang jadi panutan anak-anaknya. Siapa pun saat Bersama ayahnya, pasti punya kenangan. Apalagi di masa kecil. Karena ayah selalu jadi orang pertama yang melindungi anak-anaknya. Biasanya ayah, tidak banyak bicara. Tapi setiap tetes keringatnya dan perjuangan keras hidupnya selalu didedikasikan untuk anak-anaknya. 

Siapa pun, sejatinya pasti punya cerita dan kenangan tentang figur ayah. Tentang sosok yang berani bertarung dalam hidup untuk anak-anaknya. Kekuatan cinta seorang ayah. Seperti juga Almarhum Ambo Lotang Yunus bin Koto, ayah saya yang meningga dunia pada Selasa, 8 Juni 2021 lalu. Saya pun menyebutnya "sang prajurit teladan". Ia mengehmbuskan nafas terakhir diusia 76 tahun, dalam keadaan tidur di kursi tamu. Tenang dan tiada merepotkan. Kini, ia dimakamkan satu liang lahat dengan istrinya, almarhumah Ibu Tati Raenawaty binti Raenan di TPU Munjul.

In Memoriam ke-6, almarhum A. Lotang Yunus ini pun saya tuliskan. Seorang pensiunan tantara berpangkat Peltu dan kelahiran Bengo Maros. Figur ayah yang patutu diteladani. Karena dalam dirinya, ada banyak pelajaran yang bisa diambil hikmahnya. Untuk kehidupan anak-anak dan cucu-cucunya ke depan. Agar menjadi manusia yang lebih baik, lebih bertakwa kepada Allah SWT.

Sebagai tantara yang pangkatnya tidak tinggi, Ambo Lotang Yunus boleh disebut sosok ayah yang rela "perutnya lapar" asal anak-anaknya bisa makan. Maka ia "terpaksa" menambah waktu untuk tetap bekerja sepulang jadi tantara. Sebagai tenaga security di perusahaan swasta di daerah Jl. Juanda. Saya masih ingat, bagaimana ia mencarikan makan malam saya saat ikut menemaninya berjaga. Padahal malam itu, bukan hari gajian. Uang di kantong pun hanya seadanya. Ia rela lapar asal anaknya bisa makan. 

 

Cerita sedih lainnya pun terjadi. Saat ia tetap berjaga di rumah Jl. Prapatan dalam keadaan tidak punya uang sama sekali. Hingga ibu saya, menjual beras ke warung dan menyuruh adik perempuan saya untuk mengantar uang hasil jual beras itu ke Bapak Ambo Lotang Yunus. Agar beliau bisa makan. Ini hanya bukti, betapa sang prajurit teladan itu rela perutnya kosong asal anak-anaknya bisa makan. Bukti bahwa sosok ayah pasti akan berbuat apa saja demi anak-anaknya.

Dulu pada masanya. Bapak Ambo Lotang Yunus, rela bertahun-tahun jadi Danru petugas PRJ saat di Monas dan berjaga setiap malam hanya untuk menghidupi keluarganya. Pulang larut malam pukul 01.00 WIB sambil membawakan se-dus donat. Bahkan ia rela menjadi koordinator keamanan kawasan Jl. Salemba Raya. Mengontrol lingkungan setiap malam, berkelililing dan entah apa yang diperolehnya? Sekali lagi, Bapak Ambo Lotang Yunus rela perutnya kosong demi anak-anaknya. 

Cukupkah perjuangannya samai di situ?

Ternyata tidak. Sejak pensiun dari tantara tahun 2021. Cobaan pun datang saat istrinya Tati Raenawaty sakit akibat serangan stroke. Ibu saya lumpuh setelah badan. 

Dan sejak itu, Bapak Ambo Lotang Yunus yang merawatnya walau anak-anaknya ikut membantu silih berganti. Dan patut diacungi jempol, dia pula yang akhirnya merawat sang istri selama 20 tahun hingga menghembuskan nafas terakhir di 1 Juni 2017. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline