Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Literasi Humor, Jangan Tinggalkan Tawa Asal Bukan Mentertawakan

Diperbarui: 27 Maret 2021   08:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pribadi

Kata orang bijak, apa pun dalam hidup jadi lebih indah bila dihadapi dengan humor. Dengan tawa ceria asal tulus. Bukan mentertawakan.

Humor dan tertawa bisa jadi aktivitas yang paling menyenangkan. Karena tanpa tawa, hidup siapa pun rasanya hambar dan membosankan. Humor bukan saja murah. Tapi ada pada setiap orang. Lagian, tidak semua hal harus dihadapi dengan serius. Toh, apa yang terjadi di dunia ini sudah dalam skenario-Nya. Rezeki pun tidak akan pernah tertukar. Jadi jangan tinggalkan humor. Ituah substansi literasi humor.

Kadang, hidup itu sendiri sebuah humor. Lucu dan bisa ditertawakan. Ada yang kerja keras tapi tidak kaya-kaya. Ada yang tidak kerja sama sekali tapi tetap bisa hidup. Jadi tetaplah bersahabat dengan humor. Karena humor itu membawa banyak hal positif dalam hidup. Katanya, humor itu bikin sehat. Tekanan darah turun, jantung normal, imunitas bertambah. Apalagi di tengah pandemi Covid-19, banyak orang yang ketakutan dan imunitas-nya drop. 

Menariknya, humor dianggap dapat mengusir penyakit mental (stress, depresi). Tertawa pun dianggap bisa menambah masa hidup seseorang. Semakin sering tertawa semakin tinggi angka harapan hidupnya. Luar biasa. Selain teman bertambah, humor pun dapat mengusir perbedaan. Karena tawa itu universal dan milik bersama. Tanpa peduli partainya apa, presidennya siapa atau alirannya apa? Humor itu bikin bersatu dan damai. Indonesia pun butuh humor.

Seperti di taman bacaan pun butuh humor. Bukan hanya mengurusi anak-anak yang membaca buku. Bukan melulu soal cara taman bacaan tetap eksis. Taman bacaan pun butuh hiburan. Ajaklah anak-anak dan orang dewasa ke taman bacaan dengan humor. Dengan sesuatu yang lucu dan menyenangkan.  

Seperti kemarin. Saat matahari terik, saya pun pengen banget minum es campur. Setelah keliling, akhirnya ada juga tukang es campur di pinggir jalan. Penjualnya pun perempuan cantik. Terjadilah dialog antara pembeli dan penjual es campur:

L : Mbak, pesen es campur-nya satu dong...

P : Iyaa Pak, sebentar ya .... (sambil siapkan mangkok)

L : Ehh Mbak, maap ya. Es campur-nya boleh dipisah gak?

P : Lahh, emang kenapa dipisah Pak? (tampang agak kesel, kok es campur dipisah)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline