Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Literasi Ngopi

Diperbarui: 8 Maret 2021   23:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pribadi

Sahabat, sudah ngopi belum?

Jangan lupa ngopi dulu. Karena dosa dari meninggalkan kopi di pagi hari itu setara dengan berkeluh-kesah dan menabur kebencian. Ngopi-lah dulu agar lebih rileks dan realistis. Karena ngopi itu nikmatnya bukan maen.

Ngopi, tentu bukan karena aromanya. Juga bukan karena harganya. Tapi karena suasananya, Selalu plong dan bergairah. Karena kopi itu tidak pernah memilih siapa yang layak menikmatinya. Di hadapan kopi kita semua sama. Siapa pun saat ngopi. Dilayani jutek tidak masalah, dilayani sopan pun tidak masalah.

Nikmatilah seteguk kopi. Karena di situ ada kehangatan. Seperti matahari yang tiap pagi terbit. Tanpa peduli, ada yang suka atau tidak suka. Seperti matahari, kopi itu punya kelebihan tanpa perlu dibicarakan. Kopi juga punya kekurangan, tanpa perlu diperdebatkan. Bila ada kelebihan pasti ada kekurangan. Maka ngopi itu ada ajaran. Bahwa "apa yang terjadi itu tidak lebih penting dari sikap atas kejadian itu sendiri". Karena siapa pun, hanya bertanggung jawab atas dirinya sendiri. 

Seperti di taman bacaan. Selalu saja ada tantangannya. Tapi selagi yang diperbuat baik untuk anak-anak. Maka kerjakanlah sepenuh hati. Tanpa perlu berharap untuk dipuji. Jalani saja kegiatan membaca dan gerakan literasi. Di mana pun, kerjakan yang baik dengan sepenuh hati dan optimis.

Ngopi itu asyik. Saat ngopi, siapapun tidak bisa mengontrol pikiran dan perilaku orang lain. Karena ngopi itu yang penting "substansi" bukan "reaksi". Saat ngopi, tidak boleh ada orang lain yang ikut menentukan cara kita dalam bertindak. Agar tetap sejuk di tempat yang panas. Agar tetap tenang di tempat gaduh sekalipun.

Pada kopi. Ada takaran yang seimbang; antara manis dan pahit. Seperti pepatah "hiduplah sesuai dengan kemampuan; jangan hidup atas kemauan apalagi kebencian". Pada secangkir kopi. Selalu ada pesan yang menghampiri. Bahwa siapapun, tidak ada yang sempurna. Ada lebih ada kurang, ada benar ada salah. 

 

Kopi atau ngopi. Selalu ada ajaran sederhana. Untuk selalu bersyukur dalam kondisi apa pun. Bahwa setiap nasehat baik tidak akan pernah datang terlambat hingga kapanpun. Dan saat ngopi, selalu ada renungan. Tidak usah menunggu untuk jadi orang baik. Karena pilihan itu hanya dua; khairul bariyyah (sebaik-baik makhluk) atau syarrul bariyyah (seburuk-buruk makhluk) pada akhirnya.

Selamat menikmati kopi. Karena ngopi itu, terkadang mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Salam literasi #KampanyeLiterasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline