Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Budaya Literasi, Akankah Indonesia Jadi Bangsa yang Literat?

Diperbarui: 14 Desember 2020   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: TBM Lentera Pustaka

Pada kenyataannya, harus diakui, tingkat literasi di Indonesia memang belum memuaskan. Praktik baik gerakan dan budaya literasi belum banyak dilakukan. Bukti paling sederhana, Litbang Kemdikbud, 2019 menyebut angka rata-rata Indeks Alibaca Nasional berada di angka 37,32 yang tergolong masih rendah.

Menariknya di Indonesia, ada istilah "malas baca cerewet di media sosial".  Dengan penduduk terbanyak ke-5 di dunia, mencapai 272 juta orang, riset We Are Social bertajuk "Global Digital Reports 2020" menyebut 64% penduduk Indonesia sudah terkoneksi dengan jaringan internet. Bahkan angka rata-rata orang Indonesia berselancar di dunia maya tercatat 7 jam 59 menit per hari. Bandingkan dengan rata-rata global hanya 6 jam 43 menit di internet per harinya.

Tidak dapat disangkal, tegaknya budaya literasi diyakini dapat  menjadi jalan utama untuk mencerdaskan dan mensejahterakan anak bangsa sekaligus mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul untuk kemajuan Indonesia. Namun maraknya hoaks dan ujaran kebencian pun jadi bukti nyata masih rendahnya budaya literasi yang ada di masyarakat.

Lalu, apa itu literasi?

Sesungguhnya, istilah literasi berasal dari bahasa latin "literatus", yang berarti orang yang belajar. Itu berarti, literasi bertumpu pada adanya kesadaran belajar seseorang untuk memahami realitas yang ada dalam kehidupan hingga mampu mentransformasikannya ke dalam perilaku sehari-hari. Dengan kata lain, literasi dapat dimaknakan sikap terhadap realitas.

Misalnya, Covid-19 adalah sebuah realitas. Maka seseorang yang literat semestinya harus patuh kepada protokol Kesehatan 3M (Memakai masker -- mencuci tangan -- menjaga jarak), bukan sebaliknya.

Dulu, memang literasi dipahami sebatas kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih tepatnya, literasi adalah istilah yang merujuk pada kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, termasuk kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Maka dalam konteks ini, literasi menyangkut kemampuan berbahasa dan berpikir.

Sesuai dengan dinamika yang berkembang, literasi pun berevolusi sesuai dengan tantangan zaman. Maka kini, literasi sudah mengalami perluasan makna yang menyangkut "kecakapan hidup" dalam berbagai sektor kehidupan manusia. Literasi yang merambah pada praktik pendidikan, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi.

Oleh karena itu, Education Development Center (EDC) menyebut literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya, lebih dari sekadar kemampuan baca tulis.

Sekali lagi, menurut saya, literasi adalah kesadaran untuk belajar dan memahami realitas yang ada sehingga mampu mentransformasikan ke dalam perilaku nyata yang lebih baik. Mau tidak mau, tingkat literasi seseorang harus memiliki orientasi pada 5 (lima) perilaku yaitu: 1) memahami, 2) melibatkan, 3) menggunakan, 4) menganalisis, dan 5) mentransformasi teks.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline