Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Anak Perempuan, antara Amanah dan Anugerah

Diperbarui: 13 Agustus 2020   22:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pribadi

Cinta terbesar seorang ayah ada pada sosok anak perempuannya...

Seperti tidak pernah bosan saya menulis kalimat indah itu, Sebagai ekspresi tanda cinta kepada sang inspirator, Farah Gammathirsty Elsyarif. Anak perempuan yang sederhana namun selalu menginspirasi.

Hari ini, tepat 13 Agustus 2020, sang inspirator berulang tahun ke-13. Sebuah momen penting yang harus dituliskan. Akibat memanjangnya wabah Covid-19 di bumi Indonesia. Apalagi sang inspirator sudah enam bulan berdiam di rumah. Di penghujung kelas 1 SMP hingga naik kelas 2 SMP.

Malam ini, selepas makan bersama, ada seuntai nasihat yang pantas saya sematkan ke keningnya. Sebagai kecupan indah seorang ayah untuk anak perempuannya. Agar kelak menjadi pijakan dalam menemani perjalanan sang inspirator menuju masa remaja di era digita. Agar tetap menjadi dirinya sendiri, tetap bersahaja di tengah gemerlap dunia.

Ini hanya soal cara. Seorang ayah yang ingin terus menenun jaring cinta kepada si buah hati. Farah, begitu panggilannya. Anak perempuan yang paling bontot, adik dari dua lelaki dewasa Farid dan Fahmi. Karena anak perempuan bukan hanya amanah. Tapi anugerah yang patut disyukuri siapapun. 

Maka di hari lahir sang inspirator ke-13, Farah Gammathirsty Elsyarif.

Memang tidak ada kado spesial untuknya Selain sebait doa seorang ayah; secara tulus dan ikhlas.  Agar selalu sabar dan sholat. Sebagai tanda ingat kepada Allah SWT, Sang Maha Penguasa. Tetap istiqomah dalam kebaikan dan kebijakan. Karena bahagia dan suksesnya anak manusia, adalah saat dekat dengan-Nya. Bukan dekat dengan yang lainnya.

Apapun kondisimu, Nak. Jangan pernah memandang rendah dirimu sendiri. Biarkan orang di luar sana yang berprasangka. Karena kita tidak pernah bisa menghalaunya. Tapi kita hanya bisa membuktikan melalui ikhtiar dan doa. Maka bersikaplah dalam hidup. Bahwa yang baik itu kerjakanlah. Tapi yang buruk perlahan hancurkanlah. Karena sikap itu modal penting untuk menatap masa depan dengan penuh optimisme.

Maka Nak, renungkanlah dalam hidup.

Jadilah manusia yang berhasrat kuat untuk mewujudkan cita-cita mulia. Agar tidak tenggelam dalam angan-angan dunia semata. Jadilah manusia yang terus belajar untuk tampil apa adanya. Agar mampu berdiri di tengah badai kehidupan dan mengasihi mereka yang tidak berdaya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline