Ada pelajaran penting dari wabah Covid-19?
Pastinya, tata kelola perguruan tinggi di Indonesia harus berubah pasca Covid-19. Karena jika tidak, maka akan tergilas peradaban. Bahasan itu tercermin dalam webinar bertajuk "Pengelolaan Pendidikan Tinggi di Era Covid-19 dan Revolusi Industri 4.0" yang digelar oleh PSSDM (Pusta Studi Sumber Daya Manusia) dan Pascasarjana Universitas Pakuan (Unpak) pada Sabtu (13/6/2020).
Diikuti 100 peserta dari perguruan tinggi di seluruh Indonesia, webinar ini menampilkan pembicara: 1) Prof. Dr. Bibin Rubini, M.Pd. (Rektor Universitas Pakuan), 2) Prof. Dr. Mukhlis R. Luddin (Mantan Irjen Kemendikbud RI), 3) Dr.Fahmi Idris (Mantan Menakertrans & Perindustrian RI), dan 4) Prof. Dr. Ing. Soewarto Hardhienata (Direktur Pascasarjana Unpak) serta dipandu oleh Dr. Capri Anjaya (PSSDM) dan dibuka oleh Prof. Dr. Thamrin Abdullah (Kaprodi S3 MP Unpak).
Pasca Covid-19 dan memastikan tercapainya revolusi industry 4.0, salah satu upaya yang dilakukan perguruan tinggi, menurut Prof. Dr. Soewarto H. adalah menguasai teknologi, termasuk dalam distance learning perlu dikembangkan. Karena itu, kampus atau perguruan tinggi harus mampu jadi manusia pembelajar dan visioner.
Di sisi lain, pentingnya perguruan tinggi berubah dinyatakan Dr. Fahmi Idris yang menegaskan pentingnya sistem belajar di kampus yang mampu menghubungkan pendidikan dengan pekerjaan. Peradaban manusia sudah berubah, dunia profesi pun berkembang pesat. Maka perguruan tinggi harus bisa menjawab tantangan dunia pekerjaan.
Pengelolaan pendidikan tinggi pasca Covid-19, suka tidak suka, telah memaksa semua manusia untuk berubah.
"Wabah Covid-19 pesan pentingnya adalah memaksa warga kampus untuk punay cara baru, pikiran baru, dan skills baru. "Kultur perguran tingga harus berubah kulturnya. Agar semua civitas akademika berubah dan mampu mengembangkan gagasan ilmiah" ujar Prof. Dr. Mukhlis R. Luddin.
Perguruan tinggi harus berubah pun ditegaskan Prof. Dr. Bibin Rubini, Rektor Unpak. Beliau menyatakan bahwa Covid-19 telah membuat dunia tidak sama lagi dengan yang dulu.
Segalanya sudah berubah maka tidak normal lagi. Karena itu, civitas akademika di perguruan tinggi harus mengedepankan karakter yang kuat sebagai landasan keilmuan.
Namun faktanya, ada kesan Perguruan Tinggi tidak siap menghadapi revolusi industri 4.0. Karena belum banyak PT berubah dari berbagai aspek; baik cara belajar maupun tata kelolanya. Maka kata kunci pengelolaan Perguruan Tinggi pasca Covid-19 dan revolusi industri 4.0 adalah harus berubah sesuai tuntutan peradaban kehidupan dan teknologi yang berkembang.