Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

IKA BINDO UNJ Ingatkan Pejabat Jangan Salah Logika Berbahasa

Diperbarui: 19 Mei 2020   16:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: IKA BINDO UNJ

Logika berbahasa makin penting dikedepankan. Akibat maraknya penggunaan bahasa Indonesia yang menyalahi nalar atau logika. Apalagi bahasa yang digunakan pejabat justru memicu kegaduhan. Maka saatnya, pemerintah dan pengguna bahasa Indonesia peduli untuk menata kembali kemampuan logika berbahasa. Agar jangan ada salah logika berbahasa, termasuk para pejabat pemerintah.

Hal tersebut disampaikan dalam Diskusi Daring #2 IKA BINDO UNJ bertajuk “Membangun Logika Berbahasa” melalui Zoom Video Conference (19/05/20). 

Tampil sebagai pembicara 1) Suprianto Annaf, M.Pd., Readktur Bahasa Media Indonesia dan 2) Tri Adi Sarwoko, Dosen dan Mantan Senior Redaktur Bahasa Harian Kontan. Bertindak sebagai moderator Syarifudin Yunus, Ketua IKA BINDO FBS UNJ dan ikuti 43 peserta pemerhati ilmu bahasa Indonesia.

“Logika berbahasa kita bermasalah. Karena siakp politik bahasa nasional bangsa Indonesia tidak tuntas. Maka kualitas berbahasa Indonesia masih bermasalah. Masih banyak logika berbahasa yang tidak tepat” ujar Suprianto Annaf. M.Pd., alumni IKA BINDO Angkatan 1996.

Karena itu, IKA BINDO (Ikatan Alumni Bahasa dan Sastra Indonesia) mengngatkan pengguna bahasa Indonesia. Utamanya pejabat pemerintah, guru dan dosen, serta media massa untuk hati-hati dalam berbahasa. Agar jangan ada salah logika dalam berbahasa. Karena kesalahan logika bahasa akan berdampak pada pemahaman dan penafsiran masyarakat. Lalu jadi kegaduhan baru.

“Karena itu, siapapun harus cermat dalam berbahasa. Cermat pikirannya, cermat bahasanya. Saya masih percaya bahwa bahasa yang baik pasti mencerminkan logika yang baik. Itulah yang menjadi target bahasa Indonesia” ujar Tri Adi Sarwoko, alumni IKA BINDO Angkatan 1986.

Dalam diskusi ini pun dibahas contoh-contoh bahasa yang mengalami salah logika antara lain:

1. Soal “ketinggian air” dan “setinggi lutut orang dewasa” yang tidak tepat saat melaporkan terjadinya banjir.

2. Efek demo di Gedung DPR, jalan-jalan sekitarnya macet total. Judul yang tidak tepat nalarnya.

3. Preman Pondok Gede mau dibasmi polisi. Tidak cermat karena mana ada preman mau dibasmi?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline