Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Apapun Disalahkan Saat Wabah Virus Corona, Awas Pikiran Lumpuh

Diperbarui: 17 April 2020   09:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pribadi

Lumpuh. Sebelum meninggal dunia 3 tahun lalu. Ibu saya sakit dalam keadaan lumpuh. Selama sakit, saya tidak pernah bertanya. Kenapa ibu jadi sakit? Saya tidak pengen cari tahu, ibu saya makan apa lalu sakit dan lumpuh? Karena sakit itu ujian. Cobaan yang bisa terjadi kapan saja dan pada siapapun. Maka tugas saya, hanya merawatnya. Sambil ikhtiar untuk mengobati. Menjaga kondisi psikologisnya. Agar pikirannya tidak lumpuh.

Wabah virus corona Covid-19 yang melanda dunia pun demikian. Saya menganggap sebagai ujian, sekaligus cobaan. Maka saya merasa tidak perlu bertanya. Kenapa bisa terjadi di Indonesia? Apalagi saya harus menyalahkan orang lain? Atau nyinyir kepada pejabat negara? Sama sekali tidak perlu. 

Yang jelas, saya prihatin. Virus corona ini begitu cepat menyebar, bahkan mematikan. Dan maaf, saya hanya bisa #DiRumahAja sambil bantu orang lain yang saya bisa bantu. Karena virus ini musibah, alias bencana. Selain jaga kesehatan. Maka saya dan yang lainnya harus bisa jaga pikiran. Agar tidak lumpuh.

Karena lumpuh. Jadi sebab lemah, tidak bertenaga. Semuanya tidak lagi dapat berjalan sebagaimana mestinya. Sekolah lumpuh. Kampus lumpuh. Orang kerja pun lumpuh. Perekonomian lesu. Tiap hari, pasien corona terus bertambah. Tenaga medis terus berjuang. Polisi dan TNI pun turun ke jalan memastikan PSBB berlangsun efektif. Agar tidak terjadi "kelumpuhan total". Dan yang penting, tidak lumpuh pikiran.

Maka dalam situasi musibah begini. Agak aneh bila masih ada saudara-saudara saya yang pikirannya lumpuh. Penuh keluh-kesah. Gelisah. Takut dan panik berlebihan. Mentalitasnya menjadi "korban". Sehingga keadaan ini, sepertinya dibuat negara, dibuat orang lain.

Dalihnya mengkritisi, tapi praktiknya membenci. Pikirannya lumpuh. Akibat gagal untuk bersabar. Tidak mampu bersyukur. Sehingga gak bisa lagi bertahan dalam pikiran yang positif. Pengen sehat, pengen virus corona berlalu. Tapi sayang, pikirannya lumpuh. Hanya mencari yang jeleknya saja dari keadaan seperti begini.

Bila tidak mampu mengobati. Harusnya sih tidak perlu menambah luka.

Kasihan saudara-saudara kita yang ekonominya kian sulit di kondisi begini. Kasihan orang-orang yang kehilangan pekerjaan akibat wabah ini. Empati-nya hilang, peduli-nya omong kosong. Karena pikirannya lumpuh. Jangankan melihat sisi positif dari ikhtiar dan doa yang dilakukan orang lain. Mengambil hikmah dari keadaan musibah saja sulit. Pikirannya lumpuh. Akibat gagal melepaskan diri dari pikiran yang keliru. Terlalu tekun dalam memperjuangkan pikiran yang tidak sepenuhnya benar.

Maka di kaum pikiran lumpuh. Semuanya jadi negatif, seolah tidak ada harapan. Wajar, rasa takut, ragu, gelisah, dan benci selalu bersemayam di pikiran yang lumpuh. Tinggal tambahin sedikit takhayul, maka jadilah pikiran radikal yang bilang "keadaan ini akibat salahnya si A, si B". Pikirannya lumpuh.

Kok bisa pikiran lumpuh?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline