Masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sudah hari ke-4 berlaku di DKI Jakarta. Bahkan menyusul Bogor-Depok-Bekasi per 15 April 2020. Tapi hari ini, pagi ini, ada pemandangan berdesakan-desakan di Stasiun Citayam. Tanpa jarak, tanpa physical distancing lagi. Berdesakan untuk naik commuter line yang memang aturannya dibatasi bahkan dikurangi.
Bak "angin berputar ombak bersabung". Begitu kata pepatah. Suatu perkara memang tidak mudah dipecahkan. Aturan atau imbauan, apalah namanya menjadi sulit untuk diimplementasikan. Kata sebagian orang, ini karena urusan perut. Tentu sangat bisa dimaklumi. Karena menyangkut kebutuhan dasar sebagai manusia.
Para pekerja yang berdesakan di stasiun kereta, bisa jadi lebih mengutamakan sesuai nasi. Apalagi bisa jadi, di belakang mereka, ada 3 atau 4 orang anggota keluarganya yang harus dinafkahi. Sementara saat wabah virus corona dibelakukan PSBB. Artinya, mereka pun harusnya mematuhi aturan untuk jaga jarak alias physical distancing, tidak berdesakan atau bergerombol. Karena kondisi itu sangat resisten tertular wabah virus corona. Aturan dan imbaunnya sudah jelas, tapi realitasnya tidak sama. Jadi, apakah efektif PSBB bila demikian?
Pemandangan ini, bukan soal aturan yang salah. Atau orang-orang yang salah. Semuanya benar, karena didasari alasan masing-masing. Ada dalih yang menguatkan pemandangan di stasiun ini bisa terjadi. Sebuah realitas.
Apa artinya ini semua?
Artinya, harus diakui, tidak ada formula yang paling pas untuk mencegah wabah virus corona. Harus ada terobosan dan solusi yang lebih kreatif. Agar penularan virus corona Covid-19 benar-benar efektif. Maka jangan pernah berhenti untuk mengakui "kekurangan" dari suatu kebijakan. Tapi tidak perlu pula merasa "kelebihan" pemikiran bahwa sepertinya pikiran kita yang terbaik. Semua pihak harus terus ikhtiar, berjuang lebih keras. Bahkan edukasi dan sosialisasi pun harus terus didengungkan. Secara bersama-sama tanpa perlu mencari kesalahan. Berjuang untuk mencari cara yang lebih efektif dalam mencegah penularan virus corona Covid-19.
Maka patut direnungkan, apakah PSBB berarti efektif? Apakah akses moda transportasi dibatasi atau dikurangi juga menjamin lebih baik? Atau apakah work from home atau bekerja di rumah memang tidak bisa dilakukan?
Tentu, urusan perut memang jadi prioritas. Tapi keselamatan jiwa pun harus jadi prioritas. Lalu, formula apa yang paling efekftif? Maka semua harus peduli soal ini. Biar gak "serba salah" bak buah simalakama...
Bikin aturan memang mudah. Tapi yang susah itu menerapkannya maka jangan mengeluh apalagi menyesali apa yang terjadi. Karena tidak akan keadaan berubah bila bukan kita yang mengubahnya. Teruslah berjuang dan bekerja untuk membuat semuanya lebih baik. Agar virus corona segera berakhir. Dan kehidupan masyakarat kembali seperti semula ... #BudayaLiterasi #LawanVirusCorona
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H