Kenapa ditolak?
Prihatin. Saat mendengar masih ada penolakan warga terhadap jenazah Covid-19. Kenapa ditolak? Katanya Covid-19 itu musibah. Katanya Covid-19 itu musuh bersama. Lagi pula, siapa sih yang mau terkena virus corona Covid-19?
Apalagi bagi tenaga medis. Sungguh hanya karena tanggung jawab tugasnya, mereka berjuang keras untuk menyembuhkan pasien corona. Tanpa peduli dia sangat resisten untuk tertular. Lalu, berisiko meninggal dunia. Ayo kita tanya lagi, kenapa jenazah Covid-19 ditolak?
Lagi-lagi, prihatin, Kenapa warga menolak jenazah Covid-19?
Coba deh tanya sama diri sendiri. Ada gak di antara kita yang mau meninggal dunia akibat Covid-19. Jawabnya, pasti gak ada kok. Tapi di saat yang sama, siapapun tidak bisa menghindari kematian bila tiba waktunya. Karena itu kehendak Allah SWT. Maka sudah sepatutnya, warga atau siapapun tidak menolak jenazah Covid-19.
Jika mau jujur, siapapun yang meninggal dunia akibat Covid-19 itu menyakitkan.
Bagi si jenazah, sudah pasti gak menyangka bila dia mati akibat virus corona. Di mana tertularnya tidak tahu, siapa yang menularkan pun tidak tahu. Begitu pula bagi keluarga si jenazah.
Dengan sangat "terpaksa", prosesi pemakamannya pun harus mengikuti protokol yang telah ditetapkan pemerintah. Artinya apa? Artinya keluarga pun tidak bisa memperlakukan jenazah keluarganya dengan sebagaimana mestinya.
Apalagi bagi yang muslim. Bukankah kewajiban orang yang hidup untuk memperlakukan orang yang meninggal dunia, sebab apapun. Untuk memandikan, mengafani, menyolati, dan menguburkannya. Lalu, kenapa sekarang justru ditolak?
Jenazah Covid-19 itu bukan aib. Bukan pula hal yang harus ditakutkan secara berlebihan. Karena tiap jenazah Covid-19 pasti sudah "dikemas" sesuai prosedur, baik untuk pemakaman maupun untuk keselamatan warga. Jadi biarkan jenazah Covid-19 dikuburkan di tempat yang semestinya, dan diperlakukan dengan semestinya pula.
Kita itu "sehat" hanya karena kebaikan yang kita tidak tolak. Tapi kita akan makin "sakit" bila kita menolak kebaikan yang harus kita perbuat.