Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

TBM Edutainment, Model Tata Kelola Taman Bacaan Masyarakat

Diperbarui: 27 Maret 2020   18:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Mengubah perilaku anak-anak yang terbiasa main menjadi dekat dengan buku tidaklah semudah membalik telapak tangan. Bukan hanya butuh tekad kuat, keberanian, dan komitmen. Tapi lebih dari itu, sungguh butuh kesabaran dan kemampuan khusus untuk meyakinkan masyarakat dan anak-anak untuk mau membaca secara rutin. Apalagi anak-anak yang ada di kampung seperti di Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kaki Gunung Salak Bogor.

Siapa bilang mengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) itu mudah?
Karena faktanya di Indonesia, banyak taman bacaan masyarakat yang "mati suri" akibat tiga hal; 1) buku ada anak tidak ada, 2) anak ada buku tidak ada, dan 3) komitmen pengelola TBM yang setengah hati, tidak fokus mengelola taman bacaan.

Alhamdulillah, Taman Bacaan Masyaraat (TBM) Lentera Pustaka belajar betul dari kondisi itu. Sulitnya mengelola taman bacaan. Maka harus ada cara yang beda. Menjadikan membaca sebagai kegiatan yang menyenangkan, sambil memotivasi anak-anak dengan asyik. Itulah yang saya sebut, TBM Edutainment. Sebuah model tata kelola dan pengembangan taman bacaan yang berbasis edukasi dan entertainmet.

Dulu di TBM Lentera Pustaka. Hanya 18 anak yang mau bergabung untuk membaca tiap Rabu-Jumat-Minggu. Koleksi bacaan pun hanya 700 buku. Tapi hari ini, TBM Lentera Pustaka sudah jadi "rumah" bagi 60 anak pembaca aktif, yang rutin membaca 3 kali seminggu dan mampu "melahap" 5-10 buku per minggu. Lebih dari 3.500 koleksi buku bacaan ada di TBM Lentera Pustaka.
Dan kini, anak-anak yang terancam putus sekolah dan berlatar belakang keluarga miskin pun berubah menjadi anak-anak yang giat membaca buku. Anak-anak yang haus akan buku bacaan baru.

TBM Edutainment, model yang saya gagas memang luar biasa. Bisa jadi energi dan "darah segar" bagi pegiat literasi atau pengelola taman bacaan. Maka TBM Edutainment pun saya daulatkan menjadi topik disertasi saya tentang "Peningkatan Minat Baca dan Budaya Literasi Masyarakat melalui Model TBM Edutainment di Taman Bacaan Se-Kabupaten Bogor". Insya Allah, bermanfaat buat taman bacaan di manapun.

Lalu, siapa yang peduli pada taman bacaan?

Ya tentu, bukan orang-orang yang tidak peduli. Bukan para penonton yang rajin mendiskusikan kebaikan. Tapi mereka yang punya hati dan cinta pada anak-anak; yang mau mengubah "niat baik" menjadi "aksi nyata". 

Para relawan, donatur buku bacaan, komunitas pergaulan, dan individu yang peduli terhadap taman bacaan. Termasuk perusahaan yang menyisihkan sebagian dana CSR-nya untuk taman bacaan. 

Alahamdulillah, di TBM Lentera Pustaka; ada relawan tetap, ada individu dan komunitas, ada donatur buku yang luar biasa. Bahkan operasionalnya didukung oleh 1) Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, 2) Asosiasi DPLK, dan 3) Bank Sinarmas di tahun 2020 ini. Saya menyebutnya, "kolaborasi orang-orang baik kepada taman bacaan". Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi anak-anak kampung.

Maka, jangan bilang kita cinta anak, bila tidak ada aksi nyata. Karena cinta bukan hanya serpihan ludah yang terpancar dari lisan semata. Tapi cinta itu tentang pengabdian dan kepedulian yang tertumpahkan tanpa henti sepanjang masa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline