Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Singkong, Cemilan yang Mulai Ditinggalkan

Diperbarui: 26 Maret 2020   20:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Bila ada tanaman yang hidupnya gak ribet, itu bisa jadi namanya "manihot utilissiam". Ali-as SINGKONG. Mau tanah subur atau gersang, singkong tetap tumbuh. Bisa ditanam di mana saja, gak perlu perawatan khusus. Alamiah, tanpa pupuk sekalipun.

Singkong, dalam keadaan apapun. Tetap tumbuh, tanpa direkayasa. Simpel dan alami. Gak pernah ribet apalagi galau. Hebatnya singkong. Semua bagian pohonnya berguna. Daunnya buat lalapan atau sayur. Batangnya dibikin pagar. Buahnya pun ciamik.

Singkong, memang luar biasa. Saat tumbuh menjulang tinggi ke atas pohonnya. Tapi bagi-an yang membesar tetap ada di bawahnya; akar yang jadi buahnya. Beda dengan orang. Tidak sedikit yang makin menjulang pangkat dan jabatannya, justru makin menjauh dari akarnya. Hingga lupa diri.

HARUSNYA SEPERTI SINGKONG, SIAPAPUN SAAT MENINGGI ATAU MENJULANG; BISA PANGKAT, HARTA ATAU KEDUDUKANNYA. TAPI MANFAATNYA TETAP TERASA SAMPAI KE BAWAH, KE ORANG-ORANG YANG MEMBUTUHKAN.

Sayangnya, zaman now banyak orang udah gak suka ngemil singkong. Katanya gak keren, gak bonafid. Mereka lupa, banyak makanan keren di swalayan di resto padahal bahan dasarnya singkong. Singkong yang sudah direkaya. Mungkin udah zamannya. Banyak yang keren hari ini karena rekayasa. Bukan aslinya, bukan apa adanya.

Alhamdulillah, saya suka singkong. Apalagi dari kebun sendiri. Sebagai partner ngopi. Ke-napa? Karena dari singkong, saya belajar untuk tetap apa adanya. Gak perlu gagah-gagahan, apalagi cuma di dunia yang sementara. Dunia diserang virus corona saja udah kalang kabut. Terus , apa yang mau digagahin.

Sekarang ini, banyak orang pengen hidup sederhana. Tapi sayang, mereka gak suka singkong. Kontradiktif. Beda antara yang diucap dengan yang dikerjakan.

SINGKONG itulah gurunya hidup sederhana. Nrimo ing pandum, istilahnya. Qona'ah alias apa adanya. Saking sederhananya, pohon singkong mau setinggi apapaun. Dia tetap rendah hati, tetap gak mau menampakkan buahnya.

Sayang, hari ini banyak orang udah gak doyan makan singkong. Singkong, cemilan yang sudah mulai ditinggalkan orang. Entah kenapa? Mungkin karena kurang bergengsi ... Tabikk #FilosofiSingkong #ManihotUtilissima #BudayaLiterasi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline