Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Kenapa Mahasiswa S3 Sering Lambat Selesaikan Disertasi?

Diperbarui: 24 Februari 2020   18:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Agak sulit menjawab pertanyaan ini, "kenapa mahasiswa S3 sering lambat selesaikan disertasi?"

Sebelum membedah jawabannya, ada baiknya "di depan" memahami komitmennya. Bahwa mahasiswa S3 Program Doktor secara normatif itu bisa diselesaikan selama 6 semester alias 3 tahun. Namun faktanya, banyak mahasiswa yang sulit menyelesaikannya. 

Bahkan survei singkat saya ke teman-teman yang sudah selesai S3, rata-rata mereka kelar dan berhak menyandang "Doktor" butuh 4 sampai dengan 8 tahun. Maka wajar, mahasiswa S3 di belahan nusantara Indonesia ini lambat selesaikan studi. Akibat, banyak yang "molor" tuntaskan disertasi.

Disertasi itu tugas akhir yang harus ditempuh mahasiswa S3, di manapun, sebagai syarat untuk meraih gelar Doktor. Masalahnya, disertasi pula yang sering jadi momok dan penghambat mahasiswa S3 untuk selesaikan studi tepat waktu. Kenapa disertasi jadi momok? Mungkin banyak mahasiswa S3 yang hanya memikirkannya, bukan mengerjakannya. 

Sampai saat ini, disertasi masih jadi "makhluk" yang menakutkan bagi mahasiswa S3. Karena faktanya, waktu kuliah 3 semester lancar. Saat tugas bikin paper atau presentasi pun lancar. Ehh pas giliran disertasi, banyak mahasiswa S3 yang tia-tiba "hilang". Tidak ada kabar, tidak ada berita. Hingga membuat promotor dan ko-promotor malah kebingungan. Kemana mahasiswa calon doktor ini?

Maka menarik untuk membahas, kenapa mahasiswa S3 sering lambat selesaikan disertasi?

Menurut saya, prinsip utama disertasi adalah mampu diselesaikan tepat waktu. Jadi, disertasi harusnya tidak urusan dengan judul yang bagus atau masalah yang keren. Tapi yang paling bagus adalah disertasi yang dikerjakan, dituntaskan tepat waktu. Oleh karena itu, disertasi harus dikerjain, bukan dipikirin. Karena apapun, tidak ada yang selesai bila tidak dikerjakan, bukan dipikirkan.

Kedua, disertasi harusnya tidak sulit diselesaikan bila topik yang dibahas memenuhi syarat 1) disenangi, 2) dekat dengan si mahasiswa, dan 3) mampu dikerjakan. Jadi, buat apa judul bagus atau masalah keren bila akhirnya tidak senangi, tidak dekat dengan kehidupan si mahasiswa S3, dan tidak mampu dikerjakan.

Ketiga, disertasi itu pekerjaan "sakral" seorang mahasiswa S3. Maka jangan dianggap sepele. Oleh karena itu, harusnya mahasiswa S3 tidak boleh "menyambih" disertasi dengan pekerjaan lain. Karena disertasi adalah "hidup mati" mahasiswa S3. Selain itu, agara disertasi berjalan mulus. Mahasiswa S3 pun harus berani menentukan promotor dan ko-promotor yang akomodatif terhadap disertasinya. Jangan sampai "Tarik ulur" dengan promotor dank o-promotor malah bikin demotivasi mahasiswa. Dan suka tidak suka, disertasi harus ditulis secepat-cepatnya dan sedbanyak-banyaknya.

Dan keempat, disertasi harus dihadapi dengan dua strategi penting, yaitu: 1) mampu manajemen waktu dan 2) jalin terus komunikasi. Apapun masalahnya, keberhasilan menuntaskan disertasi hanya bisa dilakukan bila si mahasiswa S3 mampu atur waktu dia sendiri dan mampu komunikasi dengan siapa dia harus berkomunikasi. Dah itu saja cukup.

Mahasiswa S3, siapapun dan di manapun harus menyadari. Bahwa saat menyelesaikan disertasi, masalah tidak hanya terletak pada persoalan akademis semata. Tapi juga soal non akademis. Maka disertasi hakikatnya hanya bisa dirampungkan dengan "kesungguhan", jangan dianggap sepele atau sambil lalu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline