"Barangsiapa yang melihat ke dalam rumah seseorang tanpa izin, maka dia halal dicongkel matanya." Begitulah hadist Nabi Muhammad SAW yang mengingatkan manusia untuk menjauhi sifat kepo. Teguran keras untuk orang-orang yang mau tahu saja urusan orang lain.
Orang zaman now. Selain lengket sama gadget, juga akrab dengan "sifat kepo". Orang-orang yang kerjaannya mengintip laju orang lain; mau tahu urusan orang lain lalu bercerita yang lebih banyak negatifnya.
Sebut saja, manusia kepo.
Lagaknya seperti orang perhatian, seperti manusia peduli. Memulai dengan pertanyaan. "Ehh, si anu kerjanya di mana? Dia sudah nikah belum? Tinggalnya di mana?". Begitulah kaum kepo untuk memulai obrolannya.
Kirain hanya sampai di situ. Ternyata masih berlanjut bertanya. "Ohh, ternyata sama di anu yang dulu bla bla bla ....". Terus ditambah lagi, "Rumahnya masih ngontrak apa udah punya sendiri..?". Nah di situlah, kaum kepo mulai bertindak. Lalu, asyik masyukk ngomongin orang. Seolah-seolah, mereka orang yang paling benar.
Manusia kepo itu bertanya tidak hanya sekali. Tapi berlanjut dan berjilid-jilid.
Segala rupa ditanyain. Pengen tahu ini, pengen tahu itu. Lalu ditambah, analisis yang semuanya prasangka. Maklum, manusia kepo itu sebagian besar berpendidikan. Kepo, pengen tahu banyak. Atas dalih perhatian. Lalu ingin cari "lubang" untuk melemahkan orang lain; mencari-cari kesalahan orang lain. Itulah cara kerja manusia kepo.
Banyak orang lupa. Kepo itu sebab awal mula manusia jadi senang bergunjing.
Manusia yang gemar membicarakan orang lain lalu lupa tentang dirinya sendiri. Gemar mencari aib orang lain; ber-tajasssus ria. Senang bertanya, tapi untuk urusan yang tidak ada manfaatnya.
Manusia kepo. Sebut saja manusia yang ingin tahu banyak urusan orang lain. Karena dia sendiri tidak pernah kelar dengan dirinya sendiri.
Kepo itu bukan soal boleh atau tidak boleh. Tapi kepo soal moral, soal akhlak.