Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Esensi Kopi Wow, Bukan Kopi Mantan

Diperbarui: 22 Januari 2020   09:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

KOPI WOW. Sesempurna apapun kopi yang kamu buat. Kopi tetap menghadirkan sisi pahit yang selalu disembunyikan. Itulah "kopi wow". Bukan kopi mantan. Apalagi kopi kenangan; kopi ke lain hati.

Maka seperti secangkir kopi, bila hidup kamu ingin berakhir manis tambahkanlah gula. Agar semuanya menjadi manis lagi indah.

Secangkir kopi wow.

Siapapun. Pasti langsung semangat mendengar kata "kopi". Apalagi menikmatinya di pagi hari. Entah karena diajak ngopi atau memang kepengen ngopi.  Kata kawan saya, tidak asyik bila tidak ngopi. Kopi wow, selalu berasa indah saat menuguknya.

Kopi wow. Kopi yang membuat penikmatnya selalu takjub.

Kopi yang membuat kagum, bahkan terheran. Akibat sensanya yang luar biasa. Entah karena kehebatan atau keelokannya. Takjub yang alamiah, bukan yang dibuat-buat. Persis takjubnya manusia kepada cara Tuhan mempertemukan dua insan manusia. Atas nama cinta. Kagum pad acara Tuhan memberi rezeki pada umatnya; yang tidak pernah tertukar bahkan tidak bisa dimanipulasi sekalipun.

Kopi wow. Sama sekali tidak butuh "keraton agung sejagat. Kopi wow yang bukan "empire". Kopi wow yang mempertanyakan, kenapa siswi SMP nekat bunuh diri; terjun dari lantai 4 sekolahnya. Karena kopi wow ada di hati sanubari. Kopi yang menyelaraskan pikiran, hati, dan sikap penikmatnya.

Pada secangkir kopi wow.

Ada takaran yang seimbang; antara manis dan pahit. Biar pas rasanya. Jangan terlalu manis. Jangan juga terlalu pahit. Kopi wow yang mampu membangkitkan energi dan inspirasi. Kopi yang penih esensi bukan sensasi. 

Penikmat kopi wow. Selalu bilang "hiduplah sesuai kemampaun; jangan hidup atas kemauan".

Kopi wow, lagi-lagi bukan kopi mantan.  Karena mantan itu hanya merasa kisah lama bisa dilupakan.  Tapi selalu merasa sakit untuk mengenangnya. Katanya luka di hati sulit untuk sembuh. Tapi luka itu pula yang selalu dipandanginya saat terduduk pilu. Kopi mantan; hanya bermukimpada kaum yang bilang "cinta itu layak diperjuangkan, tapi menyuruh orang berjuang sendirian".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline