Mendongkrak gaya hidup, bisa jadi konsekuensi era digital. Eksistensi manusia lebih diukur dari gaya hidupnya. Maka wajar bila akhirnya, lebih besar pasak daripada tiang. Karena terlalu memaksakan gaya hidup. Biar dibilang keren, dibilang mantul. Akibat gengsi dan status sosial, gaya hidup jadi lebih ditonjolkan.
Bila ada pejabat terlibat di penjara akibat korupsi, artis yang berani pasang "rate" per sekali kencan. Atau bahkan gemar dugem, jiwa konsumtif, hedonis, hingga terlibat narkoba. Semua itu berpangkal dari "gaya hidup yang berlebihan". Gaya hidup, biar tekor asal kesohor.
Apakah mereka kekurangan uang?
Sama sekali tidak. Karena uang itu hanya sebagian kecil dari rezeki. Mereka hanya punya gaya hidup yang berlebihan. Lupa bersyukur. Maka jadi masalah, hingga jatuh ke lubang kesengsaraan.
Ada sinyalemen, 3 dari 10 orang Indonesia punya perilaku negatif akibat gaya hidup. Dan faktanya kini, sekitar 15,6 juta orang Indonesia mengalami depresi alias gangguan jiwa akibat gaya hidup.
Gaya hidup, atau bahasa kerennnya lifestyle itu jahat.
Karena gaya hidup itu sifatnya memaksa, terlalu mengumbar nafsu. Agar dibilang mentereng. Citranya bagus. Karena mampu bergaya dalam hidup. Walau hanya terlihat dari "bungkus"-nya saja. Agar kelas sosial-nya meningkat.
Maka wajar hari ini, berapa banyak orang yang terseret ke dalam gaya hidup di luar kemampuannya. Berjiwa konsumtif, hedonis, dan mencintai "kesenangan sesaat".
Gaya hidup yang dipaksakan, bukan apa adanya. Di situlah pentingnya literasi gaya hidup. Cara sederhana memahami dan memampukan kendali terhadap gaya hidup di era supermodern seperti sekarang.
Mengapa hari ini banyak orang depresi? Bisa jadi karena mereka tidak mampu mengendalikan gaya hidup. Terjebak gaya hidup di luar kemampuannya. Bagi mereka, kemuliaan atau kesuksesan hanya dilihat dari penampilan fisik. Atau gaya gaya hidup semata.
Gaya hidup itu hanya sekunder, bukan primer. Tapi sayangnya, banyak orang ingin mengubah gaya hidupnya. Hingga lebih senang menonjolkan kemewahan, konsumerisme, dan hedonisme yang bersifat sesaat.