Kemrungsung. Banyak orang mudah kaget, panik. Politik kagetan. Kalo kata orang Jawa, artinya tergesa-gesa. Mudah kaget lagi panik. Melihat sesuatu peristiwa buru-buru berkomentar atau memvonis.
Walau tidak tahu banyak persoalannya. Kemrungsung itu efeknya sangat negatif; negative effect. Walau gak banyak disadari orang.
Kenapa kemrungsung?
Bisa jadi karena terlalu cintanya manusia pada dunia. Segala urusan di dunia harus bisa dikendalikan logika atau otak manusia. Begitu kata kaum kemrungsung. Maka wajar, sulit untuk tenang.
Saking cintanya pada dunia. Kemrungsung itu kian mematikan kepedulian pada sesama. Bahkan saking sibuknya, kita makin tidak sempat lagi belajar. Tidak sempat lagi ibadah yang optimal; wiridan, sholawatan, sunahan, tadarusan, bahkan doaan.
Tapi begitu ada kejadian, buru-buru bikin omongan bikin rangkaian pikiran biar dianggap pedulian. Wajar, karena terlalu kemrungsung.
Maka hati-hati, jangan sampai kemrungsung. Jaga hati, jaga pikiran. Biarkan semua berjalan apa adanya. Karena semua sudah dikehendaki-Nya. Ada "bengkel Tuhan" yang sudah siapkan segalanya. Ketika hati sempit, maka kemrungsung pun menjepit.
Dadi wong ojo kemrungsung, dipenake wae. Karena kemrungsung, itu tanda perlahan Allah sedang menjauhkan kita dari-Nya ... Ojo kemrungsung #TGS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H