Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Siapapun Boleh Jadi Apa Saja, Asal Ingat Anak Yatim

Diperbarui: 21 September 2019   14:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KOLASE

Setiap orang berhak untuk sukses, maka raihlah. Setiap orang pun berhak untuk kaya, maka kejarlah. Setiap orang berhak untuk eksis, maka gapailah. Dan setiap orang berhak untuk baik, maka capailah. Asal di balik semua itu, jangan lupa pada anak-anak yatim yang ada di dekat kita.

Anak Yatim; bukan hanya butuh perhatian. Tapi pembelaan agar tetap bisa hidup layak dan bergembira seperti anak-anak lainnya. Saking istimewanya akan yatim. 

Setidaknya 23 kali Al Quran menyebutnya sebagai tanda perlunya kepedulian pada mereka; akibat kepapaan dan kemiskinan. Kepedulian pada anak-anak yatim.

Alhamdulillah, tahun 2019 ini, 23 tahun sudah saya dan keluarga tetap istiqomah bergaul dengan anak-anak yatim. Sebuah perjalanan yang tidak sebentar. Suka duka, tangis air mata dan tawa canda ceria mengiringi perjalanan kami. Tentu, semua atas izin-Nya.

Jangan lupa anak yatim.

Kami sekeluarga, kebetulan secara rutin setiap bulan selalu bertatap muka, silaturahmi dan duduk bersama dalam pengajian anak-anak yatim binaan di rumah kami di 3 tempat. 

Ada di Kreo Larangan Tangerang dengan 10 anak yatim. Ada di Harvest City Cileungsi dengan 12 anak yatim dan 5 janda. Ada pula di Warung Loa Kaki Gunung Salak Bogor dengan 12 anak yatim. 

Sekitar 34 anak yatim dalam binaan kini tiap bulan mengaji rutin. Sambil berkirim doa untuk orang tua yang sudah meninggal dunia, di samping sedikit memberi uang jajan bagi mereka. Menyenangkan hati anak-anak yatim, itu saja.

Siapapun berhak jadi apa saja. Tapi jangan lupa ada anak yatim.

Kita hanya butuh kepedulian dan komitmen untuk bergaul dan membantu anak-anak yatim. Uang hanya alat "kedua" untuk memberdayakan anak-anak yatim. 

Spirit-nya sederhana saja "agara tetap dekat dengan anak-anak yatim". Karena itu melembutkan dan menyehatkan segalanya. Apalagi di tengah nafsu gaya hidup dan konsumerisme seperti sekarang. Namun sayang, memang tidak semua kita mau dan punya komitmen untuk "bergaul dengan anak-anak yatim". Entah karena alasan apa?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline