Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Kasus Menpora: Daun yang Kecil Tutupi Bumi yang Luas

Diperbarui: 19 September 2019   15:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumen pribadi

Menpora Imam Nahrowi dinyatakan tersangka oleh KPK. Sebelumnya, berapa banyak bupati atau gubernur yang telah dibekuk kena OTT KPK. Korupsi. Apa karena mereka tidak punya cukup uang? Atau mau beli apa dari korupsi?

Tentu bisa banyak tafsir dilayangkan, kenapa pejabat korupsi? Tapi satu hal yang pasti. Karena mereka, kurang bersyukur atau tidak bersyukur atas apa yang dipunya. Lupa lagi jauh dari Allah SWT, hingga lupa bersyukur.

Itulah yang disebut "DAUN yang kecil menutupi BUMI yang luas". Nafsu kesenangan dunia hingga jadi sebab lupa akhirat.

BUMI itu luas. DAUN itu kecil.

Anugerah Allah itu tidak terbatas. BUMI Allah pun luas. Uang, harta, jabatan, bahkan popularitas itu cuma selembar DAUN. Terlalu mudah hilang, habis, bahkan patah. Mana mungkin selembar "daun yang kecil" bisa menutupi "bumi yang luas" ini.

Tapi faktanya. Daun yang kecil, memang bisa menutupi bumi yang luas. Karena DAUN yang kecil menempel di pelupuk MATA manusia. Maka tertutuplah BUMI. Gelap dan tidak bisa melihat jalan yang lurus lagi terang. Daun yang menggelapkan mata. Korupsi dan lagi-lagi, lupa bersyukur.

Mereka, para koruptor dan teman-temannya yang bilang. Bahwa hidup di dunia cuma sementara. Lalu apa yang mau dikejar? Sayangnya, mereka pula yang melanggar omongannya sendiri. Karena "daun yang kecil menutupi bumi yang luas".

Ketika daun yang kecil menutupi bumi yang luas. Maka hari-hari diisi keluh kesah; senang menyalahkan. Bahkan menebar kebencian hingga mengais-ngais kejelekan orang. Hidup ada di logikanya. Seperti tanpa harapan, tanpa kebaikan. Manusia bermental "korban" kian mewabah; manusia berjiwa menderita.
Manusia lupa. Nabi Ayyub itu sepanjang hidupnya penuh cobaan. Mulai dari dilenyapkan kekayaannya, kehilangan anak-anaknya, diberi penyakit berkepanjangan, hingga ditinggalkan istri tercintanya. Tapi hebatnya, ia tetap sabar dan bersyukur. Kita memang bukan Nabi Ayyub. Tapi ada hikmah dari kisah beliau. Apapun kondisinya. Memang, seberapa sengsara sih hidup kita di dunia ini?

Jangan tutupi BUMI yang luas dengan DAUN yang kecil. Sama sekali tidak seimbang. Bumi Allah luas, Anugerah Allah tiada berbatas. Sementara uang, harta, jabatan dan popularitas itu sesaat. Lupa bersyukur. Hingga merasa selalu kurang. Kurang kaya, kurang banyak, kurang segalanya. Maka jalan hidupnya pun disetir dunia. Lagi-lagi, lupa bersyukur mungkin juga lupa Allah.

Banyak rakyat pengen jadi pemimpin. Tapi pemimpin bilang mendingan jadi rakyat. Orang gunung sangat rindu pantai. Orang pantai pun pengen hidup di gunung. Itu semua sudah kehendak-Nya. Kata kamu orang lain hidupnya enak. Tapi kata orang lain, kamu yang hidupnya enak. Itu tanda, dunia itu fana lagi semu. Maka jangan lupa bersyukur.

Jangan tutupi BUMI yang luas dengan DAUN yang kecil. Agar kita bukan mengejar apa yang diinginkan. Tapi mensyukuri apa yang dimiliki. Jangan pikirkan apa yang belum dipunya. Hingga lupa bersyukur atas apa yang dimiliki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline