Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Tips Sederhana Orang Tua dalam Memilih Buku Bacaan Anak

Diperbarui: 3 September 2019   22:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Belakangan ini banyak event "pesta buku impor" di berbagai kota di Indonesia.

Namun pada saat yang sama, keluhan muncul dari kalangan orang tua. Karena konten buku-buku impor banyak yang ceritanya tidak sesuai dengan nilai-nilai dalam keluarga. Maka di sini ujian orang tua, mampu atau tidak lebih selektif dalam memilih buku bacaan anak?

Menarik dan patut diikuti. Majalah Wanita "KARTINI" No. 2497 edisi Agustus 2019 secara gamblang 8 halaman full mengupas tuntas. Bertajuk "Pentingnya Literasi Dalam Memilih Buku Bacaan Di Tengah Gelombang Buku Impor". Agar orang tua tidak tergoda diskon besar dan konten global dari buku impor yang dipamerkan. Tapi harus selektif dalam memilih buku bacaan untuk anak-anak.

Majalah Kartini pun mengajak pegiat literasi Indonesia, Syarifudin Yunus yang sekaligus Pendiri dan Kepala Program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gn. Salak Bogor sebagai nara sumber soal "literasi anak" pada edisi kali ini. 

Intinya, minat baca anak Indonesia mulai bangkit seiring makin derasnya arus informasi. Terbukti setiap bazar buku murah selalu dipadati pengunjung. Anak dan orang tua rela berdesakan untuk membeli buku. "Karena itu, minta baca anak tidak akan pernah mati" ujar Syarifudin Yunus yang juga Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.

Maka tips sederhana bagi orang tua dalam memilih buku anak. 

Pertama, adalah dengan metode "edutainment" agar membaca buku ditangkap sebagai kegiatan yang edukatif dan menyenangkan bagi anak. Pilihkan buku yang sesuai dengan minat anak. Lalu observasi buku yang cocok sehingga saat buku dibeli anak bisa menikmatinya. "Apapun bukunya, orang tua harus bisa mengubah pesan menjadi edukatif dan menyenangkan anak" kata pria yang disapa Syarif.

Kedua, bila orang tua tergolong sibuk akibat bekerja. Dan terbiasa menitipkan anak kepada pengasuh. Maka buku bacaan yang dipilih adalah buku-buku moralitas agar dapat menanamkan karakter anak.

"Berikanlah anak-anak, buku yang pesannnya tentang nilai moral atau karakter.Bukan buku yang ingin menjadikan anak pintar atau bertambah pengetahuan semata" tambah Syarif yang juga Alumni UNJ dan tengah studi S3 Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Unpak Bogor.

Ketiga, dalam kaitan dengan kemajuan teknologi seperti e-book. Tidak sepenuhnya baik dan tepat untuk anak. "Karena e-book itu bisa mengganggu fokus membaca si anak. Anak malah terkesima pada teknologi bukan isi bacaan. Maka khusus anak-anak usia sekolah, membaca lebih baik konvensional. Ada bukunya, bila perlu sambil bersuara" tambah Syarif yang tiap hari Minggu mengajarkan cara membaca anak-anak di TBM Lentera Pustaka di Kaki Gunung Slaak Bogor.

Empat, perlunya hati-hati orang tua dengan konten buku tokoh fiktif dan karakter yang tidak cocok untuk kepribadian anak Indonesia. "Buku impor tidak selalu baik. Harus hati-hati orang tua. Karena buku impor biasanya 1) nilai karakter tokohnya tidak cocok, 2) memicu imajinasi anak yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia, dan 3) pesan moralnya sering bertentangan dengan agama dan budaya Indonesia" jelas Syarif lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline