Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

DAAI TV Kunjungi Aktivitas Berantas Buta Huruf Geber Bura Lentera Pustaka

Diperbarui: 25 Agustus 2019   22:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Sebagai bentuk dukungan dan kepedulian, crew DAAI TV menyambangi aktivitas pemberantasan buta huruf GEBER BURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor pada Minggu, 25 Agustus 2019. Karena di tengah hiruk-pikuk orang meramaikan era revolusi industri, ternyata masih ada saudara-saudara kita yang masih mau belajar membaca dan menulis. Agar terbebas dari belenggu buta huruf.

Di samping melakukan liputan, crew DAAI TV sekaligus menyaksikan secara langsung kegiatan belajar ke-aksara-an yang digagas Syarifudin Yunus, pegiat literasi yang sekaligus Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka di Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor. Siang itu terdapat 8 ibu-ibu yang ikut belajar baca dan tulis selama 2 jam. 

Aktivitas pemberantasan buta aksara GEBER BURA dimulai dari memeriksa "pekerjaan rumah" dengan menulis 1 lembar halaman, kemudian mengingat huruf vocal dan konsonan, mengeja kata, membaca tiga kata dan menulis ke papan tulis. Suasana belajar baca tulis ibu-ibu yang sebagian besar berusia di atas 40 tahun ini diajar langsung oleh Syarifudin Yunus sebagai penggagas GEBER BURA yang juga dosen Universitas Indraprasta PGRI. 

GEBER BURA sebagai gerakan pemberantasan buta huruf telah berjalan hampir setahun. Tujuan utamanya adalah membebaskan kaum buta huruf agar bisa membaca dan menulis. Sebagai bagian untuk mengangkat derajat dan martabat orang tua di mata anak-anaknya. Selain itu, menekan angka putus sekolah anak. Karena biasanya orang tua yang buta huruf menjadi referensi utama terjadinya putus sekolah. 

Beberapa hal yang mengundang ketertarikan GAAI TV meliput di GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBER BURA) di Kaki Gunung Salak Bogor antara lain:

Kaum buta huruf yang ikut belajar di GEBER BURA adalah ibu-ibu yang harus meminta izin suami dan anaknya. Sehingga belajar baca tulis bukan sesuatu yang mudah bagi mereka.

Kegiatan belajar baca dan tulis di GEBER BURA menggunakan metode "BE-NANG; BElajar dengan seNANG. Sehingga kagiatan belajar berlangsung santai dan diseeingin canda tawa atau bernyanyi.

GEBER BURA merupakan aktivitas pemberantasan buta huruf yang dilakukan secara swadaya atas gagasan pegiat literasi yang notabene bukan orang kampung setempat, namun datang dari Jakarta setiap seminggu sekali untuk mengajar anak-anak membaca di taman bacaan dan ibu-ibu di Geber Bura.

Dari sejak didirikan, saat ini ibu-ibu kaum buta huruf yang bergabung di GEBER BURA sudah bisa membaca dan menulis secara sederhana, di samping sudah bisa menuliskan nama dan tanda tangan dengan lebih baik dari sebelumnya.

Setiap ibu-ibu yang menjadi murid di GEBER BURA tiap kali selesai belajar selalu diberi "hadiah" oleh sang penggagas, seperti seliter beras, indomie atau jajajan kampung yang lewat.

"Saya menggagas GEBER BURA ini sebagai bukti nyata kepedulian terhadap kaum buta huruf. Karena itu saya terjun langsung untuk mengajar dan membimbing kaum buta huruh agar bisa baca dan bisa tulis. Sungguh, aktivitas sosial semacam ini hanya butuh kepedulian dan kesabara. Maka hasilnya akan bisa dilihat di GEBER BURA" ujar Syarifudin Yunus kepada DAAI TV hari ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline