Untuk membangun tradisi baca dan budaya literasi sangat dibutuhkan sikap konsisten, di samping komitmen. Konsisten untuk terjun langsung dalam mengelola taman bacaan untuk anak-anak dan masyarakat yang membutuhkan, yang selama ini jauh dari akses buku bacaan. Butuh sikap konsisten dalam kampanyekan budaya literasi.
Karena hari ini, kita sulit mendapatkan anak-anak usia sekolah yang sedang membaca buku. Apalagi di luar jam sekolah. Hampir sebagian besar anak-anak menghabiskan waktu untuk bermain atau menonton di luar jam sekolah. Zaman memang sudah berubah bahkan mengubah manusia. Kini, sulit mendapati aktivitas anak-anak sedang membaca buku.
Alhasil, persentase minat baca anak Indonesia tercatat hanya 0,001 persen. Atau hanya 1 dari 10.000 anak yang gemar membaca. Apalagi di tengah gempuran era digital seperti sekarang, hampir dapat dipastikan anak-anak kita kian menjauh dari buku. Tradisi baca dan budaya literasi pun akhirnya hanya sebatas niat, sebatas diskusi.
Berangkat dari realitas itulah, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Kp. Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari di Kaki Gunung Salak Bogor secara aktif terus menghidupkan tradisi baca dan budaya literasi di kalangan anak-anak usia sekolah, dari SD-SMP-SMA. Hebatnya lagi, sekitar 60 anak pembaca aktif TBM Lentera Pustaka "bergelut" dengan buku di luar jam sekolah. Seminggu 3 kali, pada Rabu sore, Jumat sore dan Minggu pagi, mereka selalu berada di taman bacaan untuk membaca. Inilah cara dan terobosan baru dalam meningkatkan tradisi baca anak-anak usia sekolah. Agar tetap tumbuh perilaku membaca untuk masa depan anak-anak.
"Zaman now kita harus mencari cara agar anak-anak mau membaca. Apalagi kegiatan baca anak-anak TBM Lentera Pustaka dilakukan di saat sepulang sekolah. Ini tantangan yang sangat besar. Mengajarkan anak-anak untuk membaca di waktu senggang sama sekali tidak mudah. Kita ingin mereka tetap bergelut dengan buku" ujar Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka.
Melalui motto #BacaBukanMaen, TBM Lentera Pustaka bertekad membangun budaya "bergelut dengan buku" melekat pada anak-anak di Desa Sukaluyu ini. Agar anak-anak tetap bisa bermain namun tidak lupa membaca buku. Untuk itu, TBM Lentera Pustaka selalu berkreasi agar anak-anak tetap tertarik untuk membaca.
Beberapa kreasi yang dijalankan TBM Lentera Pustaka, antara lain: 1) menggelar event bulanan + jajanan kampung gratis, 2) melakukan laboratorium baca setiap minggu pagi; dengan membaca di sungai, di kebun atau di jalanan, 3) menerapkan senam literasi dan doa literasi sebelum membaca, dan 4) melakukan edukasi literasi keuangan sebulan sekali, TBM Lentera Pustaka saat ini memiliki koleksi 3.000 buku bacaan dan dikelola oleh 2 petugas honorer, di samping menyediakan fasilitas free wifi.
Ke depannya, kawasan di sekitar TBM Lentera Pustaka rencananya akan dijadikan "kampung baca" sebagai komitmen membangun tradisi baca dan budaya literasi yang kuat di kalangan anak-anak. Bahkan lebih dari itu, TBM Lentera Pustaka pun tengah melakukan studi penjajakan untuk mengembangkan "Wisata Literasi Lentera Pustaka", sebuah wisata edukasi berbasis membaca buku sambil melakukan perjalanan di sungai dan kebun yang dilengkapi spot-spot foto menarik.
"Kita tahu, peradaban zaman now telah menyingkirkan buku dari kehidupan anak-anak. Untuk itu, TBM Lentera Pustaka ingin anak-anak di sini tetap bergelut dengan buku. Demi tegaknya tradisi baca, di samping mampu melawan ganasnya era digital atau smartphone," tambah Syarifudin Yunus, yang berprofesi sebagai Dosen Unindra dan tengah menempuh S3 Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Unpak.
Harus diakui, saat ini menjadikan anak-anak "dekat" dengan budaya membaca tidaklah mudah. Untuk itu, dibutuhkan komitmen dan aksi nyata dalam mengajak anak-anak untuk mau bergelut dengan buku bacaan. Maka, imbauan dan aktivitas untuk mengajarkan anak-anak tetap membaca harus terus disosialisasikan. Kampanye akan pentingnya membaca bagi anak-anak harus terus ditegakkan oleh semua pihak, tanpa terkecuali. Demi tegaknya budaya literasi di kalangan anak-anak usia sekolah.
"Budaya literasi di anak-anak kita hampir hilang. Untuk itu, semua pihak baik korporasi dan individu harus peduli terhadap tradisi baca anak-anak. Inilah saatnya kita turun tangan. Karena bila tidak, mereka akan terlindas zaman," kata Syarifudin Yunus yang alumni UNJ.
Maka di tengah derasnya gempuran zaman, mengajak anak-anak bergelut dengan buku sangatlah penting. Indonesia pasti hebat dan tidak mungkin punah, bila masih ada anak-anak yang gemar membaca. Karena tanpa baca, kita merana....
Jangan habiskan waktu anak-anak untuk bergelut dengan masalah. Tapi beri kesempatan mereka untuk bergelut dengan buku. Agar masa depan mereka bisa lebih baik.